Senin, 11 Februari 2013

0 Keutamaan Shof Apa Sop?


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!



Keutamaan Shof Apa Sop?




Demikian penulis memberi judul. Istilah shof, sudah menjadi mafhum, yang sering dibicarakan dan diingatkan, saat akan menunaikan shalat. Setiap shalat akan dimulai, sang imam pasti akan mengingatkan ”Luruskan shof, rapatkan… isi shof yang kosong.” Begitulah kiranya  imam mengingatkan.


 Islam menyatakan, keutamaan mengisi shof dalam shalat itu, sangat penting. Mengingat shof adalah simbol kekuatan umat islam. Dalam wacana umum, shof merupakan simbol antara satu sama lain. Kita dapat mengambil nilai-nilai persatuan darinya. Oleh karena itu, perlu sekali yang namanya pembentukan shof itu. Tanpa adanya pembentukan shof, otomatis umat islam akan lemah, Tak menutup kemungkinan, umat lain juga akan lemah, dan mengarah kepada kehancuran. Di sinilah kita mengambil nilai-nilai persatuan itu, bagaimana umat islam bersatu dalam suatu kesatuan.
Kedua, keutamaan shof adalah kebersamaan. Shof kembali menjadi simbol yang substansi bagi kekuatan dan pertahanan umat islam. Dalam peperangan, umat islam menuai kemenangan gemilang, di karenakan terbentuknya shof-shof yang kuat. Shof-shof yang kuat, berlatar belakang dari kesinambungan antar shof, antar individu yang teratur. Indikasinya adalah “The Real of Rows”, yang di dalamnya pasukan elit islam yang nyata. Begitu pun, umat yang lain.
Shof dalam pengertian bahasa Indonesia adalah barisan. Dalam kaca umum, shof (barisan) bukan hanya dipakai dan kita sering dengar saat shalat saja, tetapi juga ketika latihan kepramukaan, pada upacara bendera, dan lain sebagainya. Hanya yang berbeda, penggunaan bahasanya. Dalam kamus awwam, shof bukanlah bahasa yang diminati. Sebaliknya barisan adalah istilah yang tidak baku dalam kajian keislaman. Jadi sama saja.
Contoh aktualnya, adalah pengaktualisasian shof-shof dalam shalat. Sungguhnya, hal ini bisa dibilang amat kecil. Buat apa di adakan pengaturan shof segala? Mengapa sang imam harus mengingatkan makmum untuk memperbaiki shof, sehingga terkesan melalaikan shalat? Mengapa harus repot-repot mengatur ini dan itu? Padahal Allah swt berfirman: “Dan celakalah orang-orang yang shalat. Yaitu orang yang lalai dalam shalatnya,(Qs. Al-maun ayat 4-5)”. Karena itulah pengecualian, berlama-lama mengatur shof bukan berarti melalaikan shalat, dan menyibukan diri sebelum melakukan shalat. Tetapi, menghindari kekosongan shof dan posisi shof yang bengkok, agar kekhusukan shalat tetap terjaga, tanpa ada gangguan.
Nah, di sinilah penjelasannya lebih lanjut. Sang imam memang menunda waktu shalat sampai shof rapat dan terisi seluruhnya, sehingga terkesan melalaikan shalat. Dan ini, membuat makmum jengkel. Padahal ini hanya sebentar dan tidak memakan waktu lama. Bahkan ada yang sampai bergurau dan bercanda untuk mengisi waktu yang sangat singkat tersebut, naudzubillahi min dzalik. Jangan sampai berasumsi se-pendek itu, apalagi yang sampai bercanda dan bergurau. Itu semua pemahaman yang salah dan fatal.
Dalam islam, tepatnya tata cara shalat. Pengaturan shof sebelum pelaksanaan shalat, di anjurkan. Dalam hadits di katakan, Nu’man ibn Basyir RA, berkata: “Saya mendengar rasulullah saw berkata di ketika hampir bertakbir: Demi Allah, hendaklah kamu meluruskan shofmu, atau biarlah Allah membeda-bedakan mukamu”. Dalam hadits di atas, dapat di ambil suatu kesimpulan, bahwa Allah tak senang, bila di antara hambanya yang akan melakukan shalat, tidak memperbaiki shof terlebih dahulu.
Shof bukanlah sop, dan sop bukanlah shof. Secara lisan hampir sama. Tetapi inilah perbedaan, dapat mencolok, dapat pula semu. Shof cenderung kepada kerapian dan keteraturan, sedang sop adalah nama sayur, yang bentuknya urak-urakan (tidak tertata). Maka, akan seperti sop, apabila shof tidak sinkron. Maka akan menjadi sop, bila dalam shof tidak terdapat sinkronisasi. Fenomena inilah yang terjadi pada santri sekarang. Bagaimana santri ibarat sop. Ada-ada saja, yang namanya santri sekarang. Ada seorang kakak kelas memerintahkan, untuk mengisi shof yang kosong. Ternyata, apa yang di lakukannya si santri, kemudian? Si santri malah bingung mengisi shof (sindiran). Ibaratnya si santri ini, diberi gelas untuk diisi air susu, tidak mau.
Shof adalah wadah untuk menampung pahala, dan hakikatnya kita wajib mengisinya, karena nantinya shof akan diisi oleh syetan. Kita ibaratkan dengan susu dan gelas, anda mau kalau seandainya gelas yang akan anda isi dengan air susu, malah terisi oleh bau angin yang keluar dari bokong (kentut) atau kotoran yang keluar dari bokong (tinja)? Saya yakin anda tak akan pernah mau, maka jangan sia-siakan shof yang kosong itu, isi dan kemudian rapatkan dengan tumit teman anda di samping. Dasar, santri yang menyia-nyiakan. Penulis terkadang heran, mengapa santri sekarang bermental, terbelakang (bawahan)? Padahal jiwa santri ialah mengedepankan kepemimpinan kebanding menjadi bawahan. Bayangkan santri sekarang kebanyakan, lebih suka duduk di shof  belakang. Sungguh di luar kelatarbelakangan, pada hakikatnya.
Oleh karenanya, jadi santri, jadilah santrione (santriwan). Yang selalu terdepan, yang selalu nomor satu, bukan yang terbelakang. Apalagi santri sekarang, yang jelas-jelas setiap harinya di gembleng dengan berjama’ah. Santri sekarang bukan sayur, tapi kesatuan yang teratur. Maka, jagalah image dahulu. Bagaimana hakikinya santri, yang segala teratur, bukan seperti sayur. Jadi, kalau ada pertanyaan, lebih utama shof apa sop? Anda tak perlu berpikir panjang, pastilah shof yang diutamakan. Karena shof condong pada keteraturan, adapun sop condong urak-urakan.

0 komentar:

Posting Komentar