Internet Simbol Revolusioner
Pengetahuan
Internet
merupakan salah satu simbol revolusioner pengetahuan era masa kini, masa dunia
ke-tiga. Keterangan ini bisa kita dapati di tiap jajaran masyarakat. Buktinya,
baik dari anak usia dini sampai usia produktif, selalu menggunakannya untuk
memecahkan masalah. Internet ibaratkan raja tiada tandingan, kalau soal
pengetahuan. Bahkan penulis menobatkannya sebagai benteng terakhir ilmu
pengetahuan. Ada-ada saja. Ketangguhan, kejelian, dan ketelatenannya pun tak
bisa kita bayangkan, hanya kata luar biasa yang dapat penulis ucapkan. Bukan
luar biasa dalam akronim SLB (Sekolah Luar Biasa) itu.
Ini
memang jelas luar dari biasa, beda dari biasa. Google ialah mesin pencari
paling jitu dalam internet. Selain paling jitu, Google juga mesin pencari
paling disegani oleh khalayak, kebanding mesin pencari lainnya. Google juga
mempermudah akses jadi lebih ringan. Perpustakaan Digital atau Maktabah
Samilah yang biasa kita dengar di pondok pesantren, juga mengambil data
dari internet. Entahlah siapa yang pertama kali mencetuskan Maktabah Samilah,
yang jelas ia telah menyumbangkan nilai berharga bagi umat manusia, karena
peluang untuk menyelesaikan masalah jadi lebih mudah. Perpustakaan Digital
membuat orang lebih cepat menikmati bacaannya tanpa harus mencari terlebih
dahulu kesana-kemari. Apalagi jika Perpustakaannya sebesar Perpustakaan di
Harvard University.
Internet
tak bisa dilepaskan dari hal-hal yang baru, walaupun se-detik pun. Coba anda ketik detik.com,
pasti akan banyak bermunculan kabar informasi terbaru seputar apapun.
Alhamdulillah… tuhan telah menciptakannya di era mutakhir ini, lewat perantara
orang-orang jenius masa kini. Sehingga kita dapat menikmatinya sesuai
keinginan. Tapi ada saja pekerjaan jahil, toh zaman sekarang bukan lagi
jahiliyah seperti dulu.
Inilah yang disayangkan. Situs-situs porno
seringkali diakses dalam internet. Penelitian terkait masalah ini,
mengungkapkan bahwa tingkat pergaulan remaja yang bebas saat ini, salah satu penyebabnya
adalah situs porno dalam internet. Angka kriteria hamil di luar nikah juga
begitu. Penyebab utamanya adalah akses situs porno, ditambah lagi media Facebook
yang biasa kita akses saat online. Banyak pertemuan remaja tak wajar, berawal
perkenalan sesama teman online. Kemudian membuat ketertarikan satu sama lain,
dan keduanya mengadakan janji pertemuan, selang kemudian terjadilah peristiwa
tak senonoh yang dilakukan keduanya. Amat cepat sekali, amat mudah sekali. Anda
tahu bukan peristiwa ini! Naudzubillahi
min dzalik. Bukankah ini ketidak
wajaran, yang mesti kita hilangkan.
Internet
memang harus kita manfaatkan dengan sewajarnya. Pengetahuan harus kita
butuhkan. Banyak remaja sekarang lebih memilih Facebook-an kebanding menambah
pengetahuannya dalam dunia maya. Saya punya pertanyaan dan jawaban konyol
tentang remaja sekarang, lebih baik mana memandangi layar Facebook atau mencari
berita, informasi yang banyak tersebar di dalamnya? Remaja akan menjawab, pasti
lebih baik memandangi layar Facebook ketimbang layar monitor yang berisikan
informasi-informasi yang menarik.
Sesungguhnya, seperti ilmu pengetahuan misalnya, para remaja justru tidak memperluas pengetahuannya dengan
memperbanyak informasi tersebut, bahkan lebih memilih Facebook-an
saat usai sekolah, saat bersantai, saat berdiam diri. Mereka menggunakan modem,
wifi dan Hp-nya untuk Facebook-an, bercengkrama dengan teman di dunia maya
alias ngobrol bertemakan ngarung ngidul entah kemana. Padahal guru-guru
menganjurkan untuk mengerjakan PR sebagai tugas rumah. Mereka kemudian banyak
menyalah-gunakan waktu dengan seenaknya, sampai melupakan pekerjaan rumah yang
ditugaskan dari sekolah.
Penulis ingin menyarankan, Boleh saja Fb-an, main game online! tetapi jangan
sampai waktu kita terforsir, sehingga melupakan kewajiban kita, melupakan
pekerjaan kita sebagai seorang pelajar, yaitu belajar. Ingat! Kita dididik oleh
orangtua, guru dan pendidik lainnya, tidak hanya sebatas teori, tetapi juga
aplikasi (praktik). Dari mulai orangtua, guru, dan lainnya, mengajarkan kita
untuk selalu menghargai tugasnya. Tugas kita sekarang adalah seorang pelajar,
maka kita harus belajar, memperluas ilmu pengetahuan, mencari wawasan,
trobosan, dan kegiatan baru. Itu baru seorang pelajar berdedikasi. Tetapi apa
kenyataannya? Banyak remaja sekarang tidak menyadarinya. Tidak ada rasa kasihan
kepada diri sendiri. Sehingga pandangannya jadi buram, tak terarah. Remaja
sekarang, hanya sedikit yang sadar. Dan malah
berbuat hal negatif. Terkhusus pada pemakaian internet sebagai simbol revolusioner
pengetahuan.
Seandainya
saja mereka memakai internet demi hal positif, akan luas sekali pandangan
mereka mengenai segala hal, paling tidak akan ketinggalan ilmu. Internet sudah
saatnya dijadikan lumbung ilmu pengetahuan, bukan lumbung kemaksiatan. Lumbung
kemaksiatan yang selama ini menjadi anekdot bahkan pe-nisbahan terhadap internet, mesti kita hapuskan. Internet harus menjadi sasaran bacaan
remaja, bukan sasaran permainan atau sekedar hiburan remaja. Internet harus
jadi rancangan pembangunan karakteristik remaja dari mulai masa labil hingga
stabilnya.
Remaja
yang labil cenderung menginginkan kesenangan semata. Dan ini menjadi penghalang
perkembangannya ke arah stabilitas. Remaja butuh suplemen yang dipandang
hiburan, dan sesuai dengan kesenangan remaja, mengandung pendidikan yang
membuatnya bertanggung jawab dalam segala hal. Ini yang perlu kita cari jangka waktu ini. Remaja jangan sampai terjerat
lebih jauh ke dalam hal mudharat terutama
pada internet. Kelabilan seorang remaja janganlah menjadi penghalang untuk
berdedikasi dalam prestasi, kreasi, dan inovasi. Sebab sebenarnya remaja dapat
mengatasinya, kalau mau berkecimpung, serius dalam mencapai hasil prestisius,
kreatif dan inovatif.
Namun ada saja remaja menganggap sudah tak ada lagi jalan. Pemikiran labil,
usaha tak pernah berhasil, tujuan tak pernah tercapai, lantas seenaknya saja
mengklaim kegagalan sudah di depan mata, tinggal menunggu perihnya. Akhirnya
timbul bayangan-bayangan dari nafsu menggiurkan. Mereka kemudian melakukan hal
yang dilarang dan indisipliner. Sejak awal, sebagian dari remaja selalu
dipandang buruk oleh khalayak ramai.
Tidak hanya masalah dunia luar, dalam dunia maya pun remaja sebagiannya dipandang
terbalik dari nilai positif, oleh karena penggunaan internet yang tidak
semestinya. Padahal internet bukanlah sembarang sarana.
Internet,
penulis impikan sebagai satu jejaring yang dapat mengubah watak masyarakat
dunia, khususnya Indonesia .
Dunia ini menjadi penuh terang-benderang keilmuan. Andai saja seperti itu, maka
tak ayal masyarakat akan selalu berpikir bagaimana ia bermodal sekarang,
pertanggung jawaban hari kemarin, dan rancangan hari esok. Remaja harus jadi
penyongsong Negara masa depan, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut
wuri handayani, dengan ketiganya, maka buatlah
Negara maju. Internet? Jadikan tolak ukur keberhasilan.
Mencari
pengalaman lewat internet, mencari informasi keilmuan lewat internet. Bahkan
jadikan mesin pencari uang cepat, singkat, dan padat. Tentunya bukan dalam hal
perjudian, ataupun dengan bermain game tanpa aturan dan seenaknya.
Tetapi dengan mengirimkan lomba, mengirimkan makalah, menjual domain dan lain
sebagainya. Jangan hanya Fb-an
(Facebook-an) terus, sampai mukanya biru seperti Fb (Facebook). Main game sampai
otaknya penuh dengan karakter game, bukan pelajaran.
Internet
sepantasnya menjadi simbol revolusioner ilmu pengetahuan. Oleh karenanya agar
pernyataan ini sesuai dengan keterangan beberapa tahun terakhir ini, maka
penulis mengharapkan perubahan kita sebagai remaja ke arah stabilitas positif.
Ilmu pengetahuan lebih diutamakan ketimbang jejaring liar tak menentu adanya
dan hasilnya. Wa allahu alamu bis showab.
0 komentar:
Posting Komentar