Katakan “Bisa” dalam Menulis
Jangan pernah mengatakan “Tidak Bisa” dalam menulis.
Kalaupun kita tidak bisa menuliskan apa yang ada di dalam isi kepala kita
dengan bahasa yang tidak bagus dalam tatanan bahasa atau kurang baku misalnya,
tidak perlu khawatir. Kita bisa menggunakan bahasa apa saja (yang dimengerti)
untuk memperdaya isi kepala kita, untuk dijadikan sebuah tulisan. Seorang
penulis seperti Raditya Dika bisa dijadikan contoh dalam hal ini. Kita lihat
bahasa yang dia pakai dalam menulis, dia menulis dengan bahasa yang tidak baku,
dan kesannya acak-acakan. Raditya Dika, adalah seorang penulis yang bergenre
humor dan lawak. Ide-ide bodohnya bahkan bisa dikeluarkan begitu saja tanpa ada
rasa risih, ia tuangkan semuanya secara blak-blakan.
Bayangkan seandainya pola pikir kita terhadap
menulis seperti itu, tak ayal kita akan langsung saja menulis tanpa pikir
panjang. Otak kanan kita begitu mudah berlaku tanpa ada penghalang, dalam hal
ini biasanya yang menghalangi adalah otak kiri. Menulis tanpa pikir-pikir
panjang, dan langsung saja menuangkannya itu lebih baik daripada bingung dengan
setumpuk pertanyaan dan pernyataan, saya tidak bisa menulis, mau nulis apa ya?
Biasanya orang menulis dengan ide cemerlang, ide cemerlang apa ya yang harus
saya tuangkan dalam tulisan? Ah, ini tidak bagus untuk ditulis, lebih baik saya
menulis ini, ah, ini juga tidak bagus lebih baik saya menulis itu saja.
Ujungnya ia tidak jadi menulis hanya karena pertanyaan dan penyataan yang
terlalu banyak memforsir itu.
Anda berkata tidak bisa, bukan berarti tidak bisa.
Itu hanya ungkapan mulut anda saja, menghindari kesulitan baru, itu alasan anda
saja untuk membuang-buang (mengulur-ngulur) waktu sehingga anda tidak jadi
menulis, apalagi yang mengatakan tidak bisa sama sekali. Ya, anda menganggap
menulis sebagai kesulitan baru. Padahal menulis itu sangat mudah, tinggal
dituangkan saja apa adanya ibarat menuangkan secangkir kopi hangat. Semua orang
tahu kalau kopi itu pahit, namun orang tidak berpikir kalau kopi itu tidak
boleh diminum (dilarang diminum), orang juga tidak berpikir kalau kopi itu
menjengkelkan karena rasa pahitnya, dan orang juga tidak berpikir kalau kopi
itu menjijikan (membuat muntah) juga karena rasa pahitnya. Mereka hanya
berpikir kopi ini dapat dinikmati, dan kalaupun pahit kopi ini bisa diberi gula
supaya manis.
Sama halnya dengan menulis, tinggal dituangkan
saja. Jangan repot-repot berpikir tidak bisa menulis, tulisan jelek apa tidak,
tulisannya nanti dibaca atau tidak, tulisannya membuat orang jengkel atau
tidak. Sudah buang semua pikiran itu. Asalkan tulisan kita untuk kebaikan dan
menjadi manfaat, tuangkan saja apa adanya. Karena tidak ada kamusnya larangan
untuk menulis, tidak ada yang menganggap menulis itu membuat jengkel orang, dan
tidak ada yang mengatakan kalau menulis itu menjijikan layaknya kotoran. Jadi,
kita sepakat kalau menulis itu tidak menjadi penghalang bagi siapapun, terutama
bagi orang yang berkata,”Saya tidak bisa menulis...”. Mulai sekarang, setelah
anda membaca tulisan ini, katakan pada diri anda kalai saya “Bisa” menulis.
0 komentar:
Posting Komentar