Senin, 17 Agustus 2015

0 Kemerdekaan Semu


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!




Sebenarnya apa yang membuat kita bisa-bisanya mengatakan kalau negeri ini, yang berpenghuni manusia ini, sudah merdeka yang ke-70 kalinya. Kalau saja kita mau berpikir lebih jauh, kita yang mengatakan hal itu, tidaklah benar, lantaran kemerdekaan yang kita rasakan sekarang masihlah kemerdekaan semu. kemerdekaan yang sekarang kita klaim, adalah kemerdekaan simbolis yang masih semu tanpa realitas dan idealitas yang sebenarnya. Karena kemerdekaan sebenarnya ada dalam relung hati kita masing-masing, yang kemudian dikomunalkan menjadi suatu kemerdekaan besar di dalam negeri kita ini. Oleh karenanya kita harus benar-benar sadar bersama, harus benar-benar bebas dari mental keterjajahan, mental kebodohan, mental latah yang selama ini menjadi problem besar kita menghalangi kemerdekaan kita sebenarnya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, merdeka adalah bebas dari penghambaan, penjajahan dan lain sebagainya. Maka, sebagai langkah awal sudah mesti kita harus sadar dulu, musuh utama kita, yaitu hawa nafsu yang selama ini membelenggu diri kita untuk menelantarkan kita pada arah keterjajahan, kebodohan, dan latah itu. Realitas buruk dan negatif dalam kehidupan kita sehari-hari, terlihat dari banyak permasalahan yang melanda negeri sampai sekarang.
Menurut Hedi Sasrawan dalam artikelnya di laman Heri Sasrawan Blog, ada 17 masalah yang selama ini sulit dihilangkan dan dicarikan solusi penanganannya sampai sekarang. Salah satunya adalah kemiskinan. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin pada tahun 2014 adalah mencapai 11,25 persen atau 28,28 juta jiwa, dan akan diprediksi pada tahun 2015, mencapai 30,25 juta jiwa atau sekitar 12,25 persen. Pada tahun 2015, ada tambahan penduduk miskin sekitar 1,9 juta jiwa. Itu artinya penduduk miskin di Indonesia sekarang menjadi 30,18 juta jiwa, dan tinggal 0,07 juta jiwa lagi untuk mencapai prediksi tersebut. Untuk mencapai angka tersebut, akan dirasa sangat cepat dengan kondisi negeri seperti sekarang, bahkan dapat melampaui prediksi yang ada. Angka persentase kemiskinan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan cepat, ini menjadi PR pemerintah terus-menerus, karena melihat angka kemiskinan yang juga terus-menerus meningkat setiap tahunnya.

Melihat angka persentase kemiskinan yang demikian terus meningkat tersebut, sangat miris melihat masa depan negeri ini ke depan. Apalagi adanya kemiskinan ini disebabkan salah satunya oleh korupsi yang meraja lela, dikarenakan adanya uang rakyat yang di-tilep, diambil begitu saja tanpa izin, untuk dipakai sendiri, dimakan sendiri oleh oknum yang tak bertanggung jawab. Jadi, masalah kita selanjutnya yang tak kalah berbahaya adalah Korupsi. Sebagaimana dikutip dari okezonenews.com (Jakarta, Sabtu/18/4/15), Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung mengungkapkan, “IPK (Indeks Persepsi Korupsi) tersebut terus mengalami peningkatan sejak 2009. Indonesia masih dipandang sebagai Negara yang rawan korupsi dibandingkan Negara tetangga, seperti Singapura, Brunei Darusalam, Malaysia, Thailand, dan Myanmar,”.
Itu berarti negeri ini masihlah akan terus-menerus mengalami pertambahan tindak korupsi semakin banyak ke depannya  Hal ini juga diperparah dengan penegakan hukum yang lemah, karena banyak sekali penegak hukum yang juga terjerumus kasus suap, gratifikasi dan lain sebagainya, yang membuat kualitas hukum yang adil dan bijaksana di Indonesia masihlah minim dan lemah. Mungkin ini juga disebabkan oleh kualitas pendidikan yang rendah, karena ada banyak terungkapnya sarjana palsu yang rela merogok kocek, rela mengeluarkan uang untuk membeli ijazah, gelar dan lain sebagainya, ada juga sarjana pengangguran yang minim kreatifitas serta inovasi, dan sarjana inlander yang mentalnya hanya mau jadi orang disuruh saja.
Pengelolaan sumber daya alam buruk, mengakibatkan kita selalu membutuhkan uluran tangan asing terus-menerus, bergantung pada penghidupan yang diberikan orang asing. Kasus sara yang meraja lela, kerusakan lingkungan, kesenjangan sosial, kemacetan, pengangguran seperti yang disebutkan tadi, banyak daerah yang kurang diperhatikan, fasilitas kesehatan yang kurang dan mahal, masalah keamanan, narkoba dan rokok, penyakit seksual, dan perilaku konsumtif serta pelanggaran hak cipta. Banyak bukan masalah negeri sampai sekarang. Kita tidak tahu masalah apalagi yang akan melanda negeri ini nantinya.
Oleh karena itu, ketika mengingat kembali arti makna kemerdekaan sebenarnya, selama hayat masih dikandung badan, selama kita semua masih bisa sadarkan diri, selama masih bisa serta dapat melawan kesemena-menaan, kita seharusnya melakukan hal-hal positif mulai dari kita masing-masing untuk selanjutnya menularkannya pada orang lain. Sebagai seorang pelaku bangsa seharusnya banyak melakukan hal bermanfaat, seperti misalnya belajar yang rajin, jujur dalam sikap dan bertindak, taat patuh dengan membantu orangtua pada saat kesusahan, kritis persoalan sehingga dapat menyampaikan hal persoalan yang up to date dan up grade, membuat banyak kreasi dan inovasi baru, solutif dalam menyelesaikan persoalan, banyak membaca dan menulis, banyak menuangkan ide gagasan lewat bacaan dan tulisan, banyak memperluas tali persaudaraan, tidak ikut-ikutan hal-hal yang merugikan diri sendiri, tidak mencuri hak-hak orang lain, dan yang paling penting tidak menjadi seorang yang maunya disuruh, diperintah saja baru bergerak. Jadikan kemerdekaan kita menjadi kemerdekaan yang tidak semu semata, sehingga menjadi kemerdekaan yang sebenarnya. Wa Allahu Alamu Bis Shawab…

0 komentar:

Posting Komentar