Mencontek itu Sampah!
Dalam kamus mengerjakan soal, memang dinyatakan kalau soal-soal mudah
itu dikerjakan terlebih dahulu kebanding soal yang susah. Memang sudah dari
sananya, dan kebanyakan orang yang melakukan hal tersebut saat mengerjakan
soal. Namun demikian, kesulitan tetap menjadi kendala utama dalam mengerjakan
soal yang di dalamnya itu ada sedikit banyak kesulitan, bahkan mengerjakan soal
itu sendiri secara keseluruhan. Bayangkan kesulitan dalam soal dan kesulitan
soal itu sendiri.
Kira-kira mana yang lebih mudah dikerjakan diantara keduanya? Semua
jelas akan memilih mengerjakan kesulitan dalam soal itu saja, kebanding
kesulitan soal itu sendiri. Mengapa demikian karena kesulitan dalam soal itu,
artinya tidak semua point dalam soal tersebut sulit dikerjakan. Sedangkan
kesulitan soal itu sendiri, artinya adalah soal tersebut susah dikerjakan
dengan kapasitas keseluruhan pada tiap point tersebut, jadi semua point dalam
soal tersebut susah dikerjakan.
Kesulitan juga tidak hanya
melanda saat mengerjakan soal saja, tetapi juga melanda masalah, polemik, persoalan
lain. Ada yang susah menjalani hidup, ada yang susah bekerja keras dan
bermalas-malasan, ada yang susah melawan kebodohan, dan jenis-jenis
kesusahan-kesusahan lainnya. Ini seperti bunga tidur yang terus menghiasi tidur
kita, seakan kesusahan sudah menjadi perekat hidup, dan tanpanya kita tidak
akan bisa menjangkau keberhasilan, menjangkau stabilitas, dan menjangkau
kepuasan tersendiri.
Alih-alih kita ingat kesulitan mengerjakan soal, sekarang ini
adik-kakak kita yang duduk di bangku akhir, ada yang kelas 6 SD, kelas 3 SMP,
dan kelas 3 SMA, segera akan menghadapi ujian nasional untuk naik ke jenjang berikutnya. Ujian
nasional adalah kesulitan bagi mereka, dan mereka dengan jalannya masing-masing
akan berusaha melewati kesulitan tersebut. Pesan saya yang pertama untuk adik-kakak
saya sekalian (yang segera akan mengikuti ujian nasional) yang penting jangan sampai nyontek, karena mencontek bukanlah kosa
kata dalam pendidikan, melainkan kosa kata dalam pembodohan. Tahukah anda bahwa
pembodohan itu juga sebuah kesulitan, nyontek juga merupakan sebuah kesulitan.
Jadi sudah bisa dicerna bukan, kesulitan itu seperti apa.
Adik-kakak kita yang kini sedang duduk di bangku kelas 3 SMA, kelas 3 SMP dan kelas 6
SD, yang esok akan menghadapi ujian nasional di kemudian hari. Kita doakan
saja, mudah-mudahan ujian mereka berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan.
Membicarakan ujian nasional merupakan satu kecenderungan tersendiri.
Mengingat ujian nasional adalah standar penilaian dan representasi akademik
dalam kerja keras belajar selama lebih kurang tiga sampai enam tahun masa
akademik. Oleh karena itu sangat disayangkan sekali jika ketidak lulusan
menjadi tolak ukur akhir. Walaupun memang ujian nasional bukan merupakan
tolak ukur kelulusan, karena kelulusan tetap ditentukan oleh sekolah. Namun ujian
nasional adalah penting untuk dihasilkan sebagai hasil baik bahkan terbaik di tingkat
akhir sekolah.
Sejauh yang kita pelajari, buat apa kita capai-capai belajar selama
sekitar tiga sampai enam tahun, lantas ketika ujian nasional, kita tidak lulus.
Ketidak lulusan bukanlah suatu hal yang memalukan sebenarnya dan bukanlah
masalah terbesar di balik semua ini, masalah terbesar yang perlu dipertanyakan adalah
faktor apa yang membuat kita tidak lulus, karena tidak belajarkah? Kelalaian saat
mengerjakan soalkah? Atau karena terlalu geroginya kita sampai kita pingsan di
tempat ujian, sehingga ujian nasional ini seakan menjadi momok yang menentukan
kualitas belajar. Itulah mengapa saya mengatakan ujian nasional ini adalah
suatu kecenderungan bagi siapa saja yang sedang menghadapinya.
Kecenderungan rangking satu yang bisa kita lihat saat ujian nasional
adalah Ke-Ta-Ku-Tan. Seperti yang sudah dipaparkan tadi, ada banyak alasan
mengapa banyak dari kita yang tidak lulus saat ujian nasional. Contohnya adalah
gerogi bersamaan seluruh badan gemetar, keraguan saat menjawab soal, pesimistis
memperoleh hasil baik, dan ini yang paling parah, berujung hingga menyontek
alias mencontek. Jika saja kita berani, optimistis, dan belajar
bersungguh-sungguh menghadapi ujian nasional, kita tidak akan takut pastinya.
Kembali kita ingat kesulitan. Ke-Ta-Ku-Tan juga adalah bagian dari
kesulitan. maka hindarilah ketakutan, dan buang jauh ketakutan tersebut. Jadi,
pesan kedua saya kepada adik-kakak saya sekalian yang segera akan menghadapi ujian
nasional khususnya dan sedang menghadapi kesulitan secara umum adalah, ujian
nasional bukanlah penentu keberhasilan kita secara umum. Keberhasilan secara
umum, tidak akan terlihat dan kita dapati saat lolos dari ujian nasional. Bukannya
meremehkan ujian nasional, hanya saja sepertinya ada sebagian besar dari kita
yang mementingkan ujian nasional hanya untuk bisa masuk ke sekolah dan
perguruan tinggi unggulan, favorit, terakreditasi A. Sehingga mau tidak mau
harus mendongkrak nilai, dan ujungnya menghalalkan segala cara.
Ini bukti nyata yang ada pada kita, mungkin
seandainya kita belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh sampai akhirnya
dapat lulus ujian nasional, itu sedikit lebih baik daripada kita lulus dengan
hasil menyontek. Juga, akan sedikit lebih baik jika tingkat ketakutan kita pada
saat ujian nasional hanya sampai pada level ragu, tidak optimis, dan gerogi,
daripada mencontek. Keberhasilan dengan mencontek adalah yang terburuk
sepanjang masa.
Camkan! Jika dalam buku komik serial naruto, orang yang melanjutkan misinya dan meninggalkan
sahabatnya yang tengah kesulitan adalah lebih buruk dari sampah, maka orang
yang menyontek ini adalah lebih buruk dari paling buruknya sampah. Mengapa saya
mengatakan demikian? Karena mencontek dapat memicu apa saja bentuk hal negatif
lainnya. Bayangkan seperti apa rupa dan bentuk paling buruknya sampah.
Sampah juga merupakan bentuk kesulitan, jika ada sampah orang akan
merasa risih tidak hanya dalam penciumannya saja, tetapi juga dalam aktivitasnya,
dalam penglihatannya, dalam merasakan keberadaannya. Banyak bukan daya
ganggunya.
Camkan! Jangan pernah ada kamus nyontek dalam pikiran sedikitpun. Apa
ibarat seorang pencontek tadi? Paling buruknya sampah! Karena hal ini tidak
sekedar kesulitan biasa, tetapi sangat menyulitkan bagi yang melakukannya dan
yang dijadikan targetnya. Benarkah demikian? Coba saja, maka anda akan jadi
paling buruknya sampah betulan.
0 komentar:
Posting Komentar