Minggu, 15 Maret 2015

0 Mencontek itu Sampah!


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!
Mencontek itu Sampah!

Dalam kamus mengerjakan soal, memang dinyatakan kalau soal-soal mudah itu dikerjakan terlebih dahulu kebanding soal yang susah. Memang sudah dari sananya, dan kebanyakan orang yang melakukan hal tersebut saat mengerjakan soal. Namun demikian, kesulitan tetap menjadi kendala utama dalam mengerjakan soal yang di dalamnya itu ada sedikit banyak kesulitan, bahkan mengerjakan soal itu sendiri secara keseluruhan. Bayangkan kesulitan dalam soal dan kesulitan soal itu sendiri.
Kira-kira mana yang lebih mudah dikerjakan diantara keduanya? Semua jelas akan memilih mengerjakan kesulitan dalam soal itu saja, kebanding kesulitan soal itu sendiri. Mengapa demikian karena kesulitan dalam soal itu, artinya tidak semua point dalam soal tersebut sulit dikerjakan. Sedangkan kesulitan soal itu sendiri, artinya adalah soal tersebut susah dikerjakan dengan kapasitas keseluruhan pada tiap point tersebut, jadi semua point dalam soal tersebut susah dikerjakan.
 Kesulitan juga tidak hanya melanda saat mengerjakan soal saja, tetapi juga melanda masalah, polemik, persoalan lain. Ada yang susah menjalani hidup, ada yang susah bekerja keras dan bermalas-malasan, ada yang susah melawan kebodohan, dan jenis-jenis kesusahan-kesusahan lainnya. Ini seperti bunga tidur yang terus menghiasi tidur kita, seakan kesusahan sudah menjadi perekat hidup, dan tanpanya kita tidak akan bisa menjangkau keberhasilan, menjangkau stabilitas, dan menjangkau kepuasan tersendiri.
Alih-alih kita ingat kesulitan mengerjakan soal, sekarang ini adik-kakak kita yang duduk di bangku akhir, ada yang kelas 6 SD, kelas 3 SMP, dan kelas 3 SMA, segera akan menghadapi ujian nasional untuk naik ke jenjang berikutnya. Ujian nasional adalah kesulitan bagi mereka, dan mereka dengan jalannya masing-masing akan berusaha melewati kesulitan tersebut. Pesan saya yang pertama untuk adik-kakak saya sekalian (yang segera akan mengikuti ujian nasional) yang penting jangan sampai nyontek, karena mencontek bukanlah kosa kata dalam pendidikan, melainkan kosa kata dalam pembodohan. Tahukah anda bahwa pembodohan itu juga sebuah kesulitan, nyontek juga merupakan sebuah kesulitan. Jadi sudah bisa dicerna bukan, kesulitan itu seperti apa.

Adik-kakak kita yang kini sedang duduk di bangku kelas 3 SMA, kelas 3 SMP dan kelas 6 SD, yang esok akan menghadapi ujian nasional di kemudian hari. Kita doakan saja, mudah-mudahan ujian mereka berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan.
Membicarakan ujian nasional merupakan satu kecenderungan tersendiri. Mengingat ujian nasional adalah standar penilaian dan representasi akademik dalam kerja keras belajar selama lebih kurang tiga sampai enam tahun masa akademik. Oleh karena itu sangat disayangkan sekali jika ketidak lulusan menjadi tolak ukur akhir. Walaupun memang ujian nasional bukan merupakan tolak ukur kelulusan, karena kelulusan tetap ditentukan oleh sekolah. Namun ujian nasional adalah penting untuk dihasilkan sebagai hasil baik bahkan terbaik di tingkat akhir sekolah.
Sejauh yang kita pelajari, buat apa kita capai-capai belajar selama sekitar tiga sampai enam tahun, lantas ketika ujian nasional, kita tidak lulus. Ketidak lulusan bukanlah suatu hal yang memalukan sebenarnya dan bukanlah masalah terbesar di balik semua ini, masalah terbesar yang perlu dipertanyakan adalah faktor apa yang membuat kita tidak lulus, karena tidak belajarkah? Kelalaian saat mengerjakan soalkah? Atau karena terlalu geroginya kita sampai kita pingsan di tempat ujian, sehingga ujian nasional ini seakan menjadi momok yang menentukan kualitas belajar. Itulah mengapa saya mengatakan ujian nasional ini adalah suatu kecenderungan bagi siapa saja yang sedang menghadapinya.
Kecenderungan rangking satu yang bisa kita lihat saat ujian nasional adalah Ke-Ta-Ku-Tan. Seperti yang sudah dipaparkan tadi, ada banyak alasan mengapa banyak dari kita yang tidak lulus saat ujian nasional. Contohnya adalah gerogi bersamaan seluruh badan gemetar, keraguan saat menjawab soal, pesimistis memperoleh hasil baik, dan ini yang paling parah, berujung hingga menyontek alias mencontek. Jika saja kita berani, optimistis, dan belajar bersungguh-sungguh menghadapi ujian nasional, kita tidak akan takut pastinya.
Kembali kita ingat kesulitan. Ke-Ta-Ku-Tan juga adalah bagian dari kesulitan. maka hindarilah ketakutan, dan buang jauh ketakutan tersebut. Jadi, pesan kedua saya kepada adik-kakak saya sekalian yang segera akan menghadapi ujian nasional khususnya dan sedang menghadapi kesulitan secara umum adalah, ujian nasional bukanlah penentu keberhasilan kita secara umum. Keberhasilan secara umum, tidak akan terlihat dan kita dapati saat lolos dari ujian nasional. Bukannya meremehkan ujian nasional, hanya saja sepertinya ada sebagian besar dari kita yang mementingkan ujian nasional hanya untuk bisa masuk ke sekolah dan perguruan tinggi unggulan, favorit, terakreditasi A. Sehingga mau tidak mau harus mendongkrak nilai, dan ujungnya menghalalkan segala cara.
Ini bukti nyata yang ada pada kita, mungkin seandainya kita belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh sampai akhirnya dapat lulus ujian nasional, itu sedikit lebih baik daripada kita lulus dengan hasil menyontek. Juga, akan sedikit lebih baik jika tingkat ketakutan kita pada saat ujian nasional hanya sampai pada level ragu, tidak optimis, dan gerogi, daripada mencontek. Keberhasilan dengan mencontek adalah yang terburuk sepanjang masa.  
Camkan! Jika dalam buku komik serial naruto, orang  yang melanjutkan misinya dan meninggalkan sahabatnya yang tengah kesulitan adalah lebih buruk dari sampah, maka orang yang menyontek ini adalah lebih buruk dari paling buruknya sampah. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena mencontek dapat memicu apa saja bentuk hal negatif lainnya. Bayangkan seperti apa rupa dan bentuk paling buruknya sampah.
Sampah juga merupakan bentuk kesulitan, jika ada sampah orang akan merasa risih tidak hanya dalam penciumannya saja, tetapi juga dalam aktivitasnya, dalam penglihatannya, dalam merasakan keberadaannya. Banyak bukan daya ganggunya.

Camkan! Jangan pernah ada kamus nyontek dalam pikiran sedikitpun. Apa ibarat seorang pencontek tadi? Paling buruknya sampah! Karena hal ini tidak sekedar kesulitan biasa, tetapi sangat menyulitkan bagi yang melakukannya dan yang dijadikan targetnya. Benarkah demikian? Coba saja, maka anda akan jadi paling buruknya sampah betulan.

0 komentar:

Posting Komentar