Sabtu, 02 Agustus 2014

0 Wajah “Kita Semua” dari Pra sampai Pasca Lebaran


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!


Wajah “Kita Semua” dari Pra sampai Pasca Lebaran

Banyak orang menyalah artikan lebaran yang biasa kita semua rayakan sekali setahun. Baik sebelum dan sesudah lebaran, selalu hal. Dan sekarang lebaran sudah terlewati waktunya, akan tetapi perkara hedonisme dan materialisme masih saja tertanam begitu kental di dalamnya, dan membekas seterusnya. Menjadi rayuan ampuh dan berpengaruh masa kini, sampai-sampai menjadi bumbu penyedap di dapur rumah tangga.
Pra lebaran, sebelum momentum lebaran atau yang dalam islam lebih dikenal dengan Idhul Fitri terjadi, memang membuat hiruk-piruk masyarakat Indonesia beramai-ramai menyambutnya dengan antusias dan menjadikan kepentingan tiap individunya. Semua tidak ingin melewatkan kesempatan setahun sekali ini tanpa mendapatkan apa-apa, semua ingin mendapatkan setidaknya keuntungan kecil dan sedikit. Segala macam usaha dikerahkan, sampai usaha kotor pun diusahakan.
Hampir setiap kali menjelang lebaran kasus-kasus kehilangan, pencurian, dan kriminalitas lain, terjadi begitu saja secara lumrah.Masyarakat yang sudah mempersiapkan keperluan-keperluannya untuk mempersiapkan lebaran, kebanyakankurang dan tidak berpikiran peka terhadap masyarakat di sekitarnya. Zakat paling-paling hanya dijadikan ritual pemberian seadanya, padahal ada begitu banyak yang masih bisa diberikan saat zakat tersebut.
Kasus-kasus seperti kehilangan, pencurian, dan kriminalitas lain, awalnya bukanlah suatu hal lumrah, tentu ada awal mula mengapa pra lebaran ini selalu dihiasi dengan kasus-kasus kriminalitas tersebut. Jika disangkut pautkan, kita akan mendapati titik temu, melihat bagaimana masyarakat kita saat mempersiapkan momentum lebaran. Seperti diungkapkan dalam paragraf sebelumnya, bahwa ada ketidak-pekaan diantara kita semua selaku Human Life Sosiality.

Kita sebagai sesama manusia yang hidup dalam tatanan sosial hanya sedikit memikirkan keperluan orang yang sebenarnya lebih membutuhkan daripada kita, bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki sedikitpun untuk memikirkan mereka yang lebih membutuhkan. Keegoan sesungguhnya telah menghalangi kita semua melakukan hal terbaik, sehingga sedikit kemanfaatan yang kita miliki dapat kita diberikan kepada yang lain dibawah kita.
Zakat bukanlah sekedar ritual pemberian seadanya. Ia adalah pemberian sebesar-besarnya, sebanyak-banyaknya sebagai perhatian yang juga besar dan banyak terhadap orang-orang yang lebih membutuhkan. Selain itu juga, ia adalah kewajiban di hadapan Allah SWT, bentuk penghambaan dan persembahan diri kepada Allah SWT.
Melihat kekurang-tidak-pekaan yang melanda  masyarakat kita, apalagi jika menilik keserakahan-keserakahan oknum-oknum tak bertanggung jawab terhadap amanahnya sebagai pemimpin, sejak dulu sampai sekarang, maka patutlah dijadikan provokator dibalik semua kasus yang menimpa masyarakat kita ini. Bukankah pemimpin adalah suri tauladan bagi masyarakatnya yang dipimpin. Sehingga lantaran perlakuan pemimpin yang demikian tidak terpuji tersebut merembet sampai pada masyarakat kalangan bawah. Mereka masyarakat kalangan bawah yang mayoritas tidak mampu, serta membutuhkan kesejahteraan tidak pernah merasakan kenikmatan seperti apa yang dinikmati orang-orang di atasnya. Walaupun kesejahteraan berupa kenikmatan dalam berlebaran sekalipun.
Lain pra lebaran, lain pula pasca lebaran. Setelah lebaran berlangsung, ada banyak barang-barang baru yang menghiasi rumah. Dari mulai pernak-pernik sampai bumbu dapur (seperti yang penulis ungkapkan di paragraf pertama), semua didesain dan diatur sedemikian rupa dengan latar berlebih-lebihan. Bisa dibilang semua lini rumah saat itu telah disulap menjadi kemewahan, glamor, dan terlalu materialistik. Semua serba baru, serba mencolok, serta mengkilau, kontras dengan budaya kita saat Rasulullah SAW, para sahabat, tabiin, tabiit tabiin dan ulama pewaris nabi juga menyambut, menjalankan, sampai melewati hari yang sama, yaitu hari Idhul Fitri, yang oleh kita disebut-sebut sebagai hari lebaran.
Sebagai orang yang meneladani Nabi Muhammad SAW, dan para penerusnya, seharusnya kita semua mestinya malu, kita semua mesti menyadari satu hal penting saat pra dan pasca lebaran berlangsung. Yaitu, kesadaran islami rahmatan lil alamin. Kesadaran yang justru memompa kita untuk nikmat bersama, sejahtera bersama, makmur bersama, keselamatan bersama. Itulah sebenarnya inti dari berlebaran, Idhul Fitri, semakin hari, kita semakin mengamati keadaan dalam kebersamaan. Tidak hanya saat zakat saja, tidak hanya saat puasa Ramadhan saja. Lantas lupa setelah zakat dan puasa tersebut berlangsung.
Hedonisme dan materialisme mungkin saja telah merenggut banyak dari kita, membuat gegar otak, lupa pada asalnya. Hiburan-hiburan yang tiada henti tanpa memperhatikan muammalah dan ibadah. Suara lengkingan petasan yang bertalu-talu sebagai penabur kegembiraan di satu sisi tanpa mengerti sisi yang lain. Barang-barang baru yang berhasil mencuri perhatian, dan juga mencuri kebahagian orang lain. Dan banyak lagi. Semua itu hiasan sebenarnya yang terpampang dalam wajah kita semua saat berlebaran. Inilah wajah kita semua dari pra dan pasca lebaran. Akankah adanya perubahan di masa mendatang? Membuat wajah kita berbeda, demikian berseri-seri bersama? Karena semua merasakan kebahagiaan yang sama, kesenangan yang sama, serta kenikmatan yang sama? Akankah?

0 komentar:

Posting Komentar