Islam
Liberal; Antara Harta, Tahta, dan Wanita
(Sebuah Refleksi
untuk Remaja)
Liberalisme
sudah sejak lama menebarkan virus-virus kebebasan berlebih-lebihan, bahkan
tiada batas. Dari mulai politik, ekonomi, sosial, budaya, agama dan bidang
lainnya, liberalisme tak akan pernah jera menanamkan benih-benih juhal yang
menurut kaum modern dianggap sebagai jalan menyenangkan dan terbaik. Padahal
sudah jelas ada jalan keselamatan tanpa batas, yaitu islam rahmatan lil
alamien, padahal ada akhirat yang berada di ujung penantian (setelah alam
barzah), dimana kita akan ditentukan tempat yang sesuai dengan amal perbuatan
kita, antara surga dan neraka. Dan mereka belum menyadarinya bahwa semakin
mereka mengarah pada pendalaman sisi hitam tersebut, maka semakin pula
kesesatan menguasai pikiran-pikiran mereka, hingga mereka turut menyesatkan.
Bagaimana
tidak! Mereka bukan saja sesat, tetapi juga menyesatkan. Islam sudah jelas
agama yang ditentukan dengan tinjauan historis, filosofis, teoritis yang absah.
Tetapi ada saja gerakan hitam-putih yang mengaitkan islam dalamnya, ada saja
gerakan yang dibangun atas dasar keraguan, dan ada saja gerakan juhal (gagal)
yang mengatasnamakan islam.
Dalam
agama islam, sudah jelas menyandarkan pemikiran ini pada sisi terlarang. Dimana
sisi otentik dan membangun dari paham gagal ini tidaklah terbukti jalan
kebenarannya. Paham ini menamakan dirinya lebih khusus lagi, yakni sebagai
islam liberal. Kok bisa islam ditambah dengan liberal. Padahal islam ya
islam! Liberal ya liberal, tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Ibarat
saja seperti orang! Orang merupakan sebutan selain manusia. Namun akan berbeda
artinya seandainya orang ini ditambahi dengan “utan” yang kemudian menjadi
orang utan. Apa makna dibalik orang utan? Anda pasti tahu dan mengerti bukan!
Dimana-mana orang utan itu adalah serupa dengan monyet. Apakah anda mau dikatakan
monyet? Tidak... pasti anda tidak akan mau. Kecuali bila anda seorang Darwinis.
Begitu
halnya dengan islam liberal, apakah anda mau dikatakan islam liberal? Padahal
anda seorang muslim. Seorang muslim yang taat pada aturan, norma, nilai-nilai
hukum, pasti tidak mau dikatakan islam liberal. Jadi kalau ada seorang muslim
bangga dengan keliberalannya, maka perlu dipertanyakan keislamannya. Itu jelas
diperuntukan bagi muslim yang masih belum jelas keislamannya, dan mesti
diperhatikan secara serius. Karena islam bukanlah agama yang bisa dipermainkan
ideologinya, syariatnya, bahkan penamaannya begitu saja.
Paham
islam liberal dengan cepat menyebar di kalangan umat islam di Indonesia. Lantaran
gerakan mereka begitu leluasa, sampai-sampai dapat memasuki area pondok
pesantren yang merupakan titik-titik sentral islam nusantara. Banyak pemuda yang
sudah terpengaruh dengan pemahaman mengerikan ini, termasuk pemuda pesantren. Itu
berarti paham gagal dan juga juhal ini, telah berhasil mempermainkan
sebagian dari generasi penerus bangsa. Akan sangat berbahaya sekali jika
keadaan ini terus melonjak, meningkat seiring waktu berjalan.
Ada
banyak buku yang menerangkan tentang bahayanya liberalisme, ini dikarenakan
liberalisme bukanlah ihwal yang perlu dikompromi lagi. Andaikata liberalisme
ini adalah sebuah bagian dari badan (anggota tubuh kita), maka liberalisme
adalah sebuah hawa nafsu yang mesti kita buang jauh-jauh. Islam liberal sendiri
sebenarnya adalah paham yang meliberalkan dirinya sendiri dan mengaku jati
dirinya sebagai bagian dari islam yang kaffah, padahal islam tidak
pernah menyandarkan pada asas-asas yang bertentangan dengan Al-Quran dan
As-Sunnah, seperti yang termaktub dalam paham ini. Jadi, tidak ada istilahnya
islam menyandarkan diri pada paham yang jelas-jelas nyeleneh, ngarung
ngidul, dan bahlul.
Dan ini
yang paling penting, lain daripada yang lain. Karena ini menyangkut stabilitas
keislaman kita, terutama kaum pemuda. Remaja kita seringkali terjebak dalam
ilusi menggiurkan, yang hakikatnya dimensi kengerian, hingga membuat satu
posisi dilematis yang membingungkan. Akhirnya dalam kebingungan itu, walaupun
sebelumnya mereka (remaja) memiliki keinginan kuat untuk tidak terjerumus,
memiliki keimanan cukup untuk selalu percaya dan yakin terhadap apa-apa yang
harus diimani, tetap saja dapat terjerumus. Buktinya sudah banyak remaja yang
dahulunya seorang aktivis keislaman, namun berubah secara mengejutkan seiring
tertular paham yang menyimpang dari Al-Quran dan As-Sunnah, termasuk salah satu
dalamnya liberalisme, yang selain itu juga ada sekuralisme, kapitalisme dan
lain sebagainya.