Menjadi
Pribadi yang Luar Biasa
Dalam
berkarya itu perlu ada konsistensi. Kalaupun semangat sudah mulai redup, mesti
ada tonggak penyangga untuk mempertahankannya. Jangan sampai ada penghalang apapun yang sedikit saja membuat
semangat kita menurun drastis. Setiap orang pasti mempunyai kelebihan
masing-masing. Jadi, gunakan kelebihan kita untuk menutupi kekurangan yang ada,
juga untuk memotivasi kekurangan kita agar menjadi kelebihan yang tak terduga,
menjadi senjata ampuh untuk melawan
segala hal berbau ejekan. Gunakan pula kelebihan kita untuk menjadi jejak
konsisten, membuat api semangat, dan memberi lentera kepada yang lain agar
terang.
Berkarya itu
biasa, menjadi seorang karyawan itu juga biasa. Bagaimanakah menjadi luar biasa?
kita harus melakukan sesuatu lebih awal dan lebih keras dari biasanya, itulah
modalnya. Ketika mata kita melihat begitu jelas dari biasanya, ketika mulut
kita terbusa begitu banyak dari biasanya, ketika hidung bernafas berkali-kali
lipat dari biasanya, ketika telinga kita mendengar lebih seksama dari biasanya,
ketika otak kita digunakan berpikir ekstra sepanjang siang-malam, ketika badan
seakan tak pernah minta untuk diisi, ketika tangan diperlakukan seperti pedang
yang menebas musuh dalam suasana peperangan antara hidup dan mati, ketika kaki
dipergunakan seperti larinya kuda tercepat di dunia.
Mungkin
semua kerja anggota tubuh itu bisa dikatakan mustahil bagi kita, orang yang
suka bermalas-malasan. Karena saat kita membaca bersama paragraf kedua dari
artikel ini, responnya adalah sebuah pernyataan kalau penulisnya ini
mengada-ngada, penulisnya ini terlalu banyak berimajinasi, atau penulisnya ini
hanya seenaknya ngomong saja. Semua itu boleh saja muncul di pikiran pembaca
sekalian, karena itu adalah hak berpikir masing-masing. Tetapi disini saya
tidak ingin membicarakan kepercayaan dan keyakinan kita. Saya hanya ingin
menyampaikan kalau kita mau mencoba untuk berubah, pasti kita akan tahu. Kalau
kita mau berusaha keras, pasti akan terlihat hasilnya. Kalau kita mau
bersungguh-sungguh dengan baik, pasti kita akan mendapatkan hasil yang
sungguh-sungguh dengan baik juga. Segala sesuatu yang diawali dengan baik, dan
diiringi sinergi konsistensi yang baik, bisa dipastikan hasilnya pasti akan
sebaiknya kinerjanya. Dedikasi terbaik akan terlihat lebih terang daripada
dedikasi yang biasa-biasa saja seperti lampu neon.
Saya
beritahukan sekali lagi, kalau konsistensi itu paling idealnya kinerja. Karena
kesungguhan itu dapat terbuktikan ampuhnya dengan konsisten. Halnya juga dengan
penilaian baik, sangat baik dan terbaik, semua itu penentuannya adalah sinergi
konsistensi. Kalau saja orang benar-benar tahu ini, dan sadar, bisa dikatakan
tidak ada yang namanya keraguan, apalagi malas sedikitpun. Orang yang malas itu
diawali oleh keraguan. kita tidak menahu tentang keraguan yang selama ini
menggelayuti begitu saja dalam diri. Padahal suatu keraguan itu sangatlah
mengganggu intuisi kita, mental kita, dan pengaruh ketajaman pola pikir kita.
Sehingga yang tadinya punya prakiraan optimistis menjadi pesimistis, yang
tadinya mental pantang menyerah menjadi mudah menyerah, dan yang tadinya punya
pola pikir tajam justru menjadi tumpul seiring pengaruh keraguan.
Malas
bukanlah alamiah yang datang begitu saja. Bisa berupa sikap dan sifat yang
mengganggu bahkan mengancam. Mereka (malas) datang, memboncengi keraguan kita yang
sudah datang lebih awal. Malas yang mencakup sikap dan sifat ini berbahaya
sekali bila dipertahankan, menyebabkan tersumbatnya brilianisasi otak,
hilangnya kreativitas, dan terhalangnya keseimbangan akal. Penelitian tentang
malas mengungkapkan kebiasaan malas alias kemalasan merupakan penyakit mental
yang timbul karena kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Yang dimaksud
dengan masa depan ini bukan hanya satu atau dua tahun kedepan tetapi satu atau
dua menit dari sekarang. Contohnya saja ketika anda malas dari bangun, anda
akan berkata dalam hati: “Satu menit lagi saya akan bangun”, tetapi
kenyataannya barangkali anda akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya
tertunda. Kenyataan tentang malas dari bangun tadi, sedikit banyak membuktikan
fakta keberadaan malas yang dapat membahayakan tersebut. Keberadaannya, tak
hanya anda yang merasakannya, tetapi kita semua pasti merasakan hal demikian.
Karena kemalasan memang ditakdirkan datang untuk menghalangi kita untuk
bersemangat, untuk membuat hal baik, untuk melakukan aktivitas bermanfaat.
Malas mesti
diiringi oleh ragu. Seandainya malas tidak diiringi oleh ragu, maka orang yang
punya keinginan mencapai sesuatu, akan mencapainya semampu dia, sejauh langkah
yang ia bisa. Tapi, karena malas demikian sering diiringi oleh keraguan, maka
kemalasan selalu berbuah penundaan. Selalu saja waktu yang aslinya ditunda,
tanpa berusaha semampunya. Padahal sebenarnya, segala sesuatu selalu mampu
dicapai, jika kita punya kemauan dan kesungguhan.
Kemalasan
memang tengah dan telah menyerang kaum muda kita. Sangat sedikit sekali, rasa
kepekaan yang terdapat dalam diri remaja kita. Seharusnya sebagai seorang
pelajar, semestinya memberlakukan diri sebagai benar-benar seorang pelajar.
Kita banyak belajar, banyak membaca, banyak menulis, banyak meneliti-menelaah, banyak
mencari solusi dari permasalahan, banyak berkontribusi positif, banyak
mengungkapkan ide-gagasan, semua itu adalah ciri seorang pelajar. Itulah seorang
pelajar yang punya inisiatif bagi dirinya.
Menjadi
orang biasa-biasa saja, boleh saja! Akan tetapi pikirkan kembali, jika kita
semua bisa melebihi yang biasa-biasa saja. Kita akan punya nilai tinggi, nilai
plus, dan kredebilitas menopang. Kita memang tidak terlalu membutuhkan pendongrak
diri, tetapi kita butuh mendongrak diri kita menjadi lebih baik dari
sebelumnya, dalam artian lebih baik dari hari kemarin, lebih baik dari orangtua
kita, lebih baik dari pendahulu kita. Jadilah orang yang luar biasa, bukan
orang yang tidak biasa alias abnormal seperti para koruptor kita, pemerintah
bertopeng kita, dan petinggi berkedok kita. Perbanyak inisiatif diri untuk keikutsertaan
kita, berkarya sesuai keterampilan, se-kreatif dan se-inovatif mungkin.
Tentunya dengan semangat yang tak mudah redup, dan konsistensi yang tak pernah
hilang.
0 komentar:
Posting Komentar