Jumat, 13 September 2013

0 Menjadi Pribadi yang Luar Biasa


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!

Menjadi Pribadi yang Luar Biasa


Dalam berkarya itu perlu ada konsistensi. Kalaupun semangat sudah mulai redup, mesti ada tonggak penyangga untuk mempertahankannya. Jangan sampai ada  penghalang apapun yang sedikit saja membuat semangat kita menurun drastis. Setiap orang pasti mempunyai kelebihan masing-masing. Jadi, gunakan kelebihan kita untuk menutupi kekurangan yang ada, juga untuk memotivasi kekurangan kita agar menjadi kelebihan yang tak terduga, menjadi  senjata ampuh untuk melawan segala hal berbau ejekan. Gunakan pula kelebihan kita untuk menjadi jejak konsisten, membuat api semangat, dan memberi lentera kepada yang lain agar terang.
Berkarya itu biasa, menjadi seorang karyawan itu juga biasa. Bagaimanakah menjadi luar biasa? kita harus melakukan sesuatu lebih awal dan lebih keras dari biasanya, itulah modalnya. Ketika mata kita melihat begitu jelas dari biasanya, ketika mulut kita terbusa begitu banyak dari biasanya, ketika hidung bernafas berkali-kali lipat dari biasanya, ketika telinga kita mendengar lebih seksama dari biasanya, ketika otak kita digunakan berpikir ekstra sepanjang siang-malam, ketika badan seakan tak pernah minta untuk diisi, ketika tangan diperlakukan seperti pedang yang menebas musuh dalam suasana peperangan antara hidup dan mati, ketika kaki dipergunakan seperti larinya kuda tercepat di dunia.
Mungkin semua kerja anggota tubuh itu bisa dikatakan mustahil bagi kita, orang yang suka bermalas-malasan. Karena saat kita membaca bersama paragraf kedua dari artikel ini, responnya adalah sebuah pernyataan kalau penulisnya ini mengada-ngada, penulisnya ini terlalu banyak berimajinasi, atau penulisnya ini hanya seenaknya ngomong saja. Semua itu boleh saja muncul di pikiran pembaca sekalian, karena itu adalah hak berpikir masing-masing. Tetapi disini saya tidak ingin membicarakan kepercayaan dan keyakinan kita. Saya hanya ingin menyampaikan kalau kita mau mencoba untuk berubah, pasti kita akan tahu. Kalau kita mau berusaha keras, pasti akan terlihat hasilnya. Kalau kita mau bersungguh-sungguh dengan baik, pasti kita akan mendapatkan hasil yang sungguh-sungguh dengan baik juga. Segala sesuatu yang diawali dengan baik, dan diiringi sinergi konsistensi yang baik, bisa dipastikan hasilnya pasti akan sebaiknya kinerjanya. Dedikasi terbaik akan terlihat lebih terang daripada dedikasi yang biasa-biasa saja seperti lampu neon.
Saya beritahukan sekali lagi, kalau konsistensi itu paling idealnya kinerja. Karena kesungguhan itu dapat terbuktikan ampuhnya dengan konsisten. Halnya juga dengan penilaian baik, sangat baik dan terbaik, semua itu penentuannya adalah sinergi konsistensi. Kalau saja orang benar-benar tahu ini, dan sadar, bisa dikatakan tidak ada yang namanya keraguan, apalagi malas sedikitpun. Orang yang malas itu diawali oleh keraguan. kita tidak menahu tentang keraguan yang selama ini menggelayuti begitu saja dalam diri. Padahal suatu keraguan itu sangatlah mengganggu intuisi kita, mental kita, dan pengaruh ketajaman pola pikir kita. Sehingga yang tadinya punya prakiraan optimistis menjadi pesimistis, yang tadinya mental pantang menyerah menjadi mudah menyerah, dan yang tadinya punya pola pikir tajam justru menjadi tumpul seiring pengaruh keraguan.

Malas bukanlah alamiah yang datang begitu saja. Bisa berupa sikap dan sifat yang mengganggu bahkan mengancam. Mereka (malas) datang, memboncengi keraguan kita yang sudah datang lebih awal. Malas yang mencakup sikap dan sifat ini berbahaya sekali bila dipertahankan, menyebabkan tersumbatnya brilianisasi otak, hilangnya kreativitas, dan terhalangnya keseimbangan akal. Penelitian tentang malas mengungkapkan kebiasaan malas alias kemalasan merupakan penyakit mental yang timbul karena kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Yang dimaksud dengan masa depan ini bukan hanya satu atau dua tahun kedepan tetapi satu atau dua menit dari sekarang. Contohnya saja ketika anda malas dari bangun, anda akan berkata dalam hati: “Satu menit lagi saya akan bangun”, tetapi kenyataannya barangkali anda akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya tertunda. Kenyataan tentang malas dari bangun tadi, sedikit banyak membuktikan fakta keberadaan malas yang dapat membahayakan tersebut. Keberadaannya, tak hanya anda yang merasakannya, tetapi kita semua pasti merasakan hal demikian. Karena kemalasan memang ditakdirkan datang untuk menghalangi kita untuk bersemangat, untuk membuat hal baik, untuk melakukan aktivitas bermanfaat.
Malas mesti diiringi oleh ragu. Seandainya malas tidak diiringi oleh ragu, maka orang yang punya keinginan mencapai sesuatu, akan mencapainya semampu dia, sejauh langkah yang ia bisa. Tapi, karena malas demikian sering diiringi oleh keraguan, maka kemalasan selalu berbuah penundaan. Selalu saja waktu yang aslinya ditunda, tanpa berusaha semampunya. Padahal sebenarnya, segala sesuatu selalu mampu dicapai, jika kita punya kemauan dan kesungguhan.
Kemalasan memang tengah dan telah menyerang kaum muda kita. Sangat sedikit sekali, rasa kepekaan yang terdapat dalam diri remaja kita. Seharusnya sebagai seorang pelajar, semestinya memberlakukan diri sebagai benar-benar seorang pelajar. Kita banyak belajar, banyak membaca, banyak menulis, banyak meneliti-menelaah, banyak mencari solusi dari permasalahan, banyak berkontribusi positif, banyak mengungkapkan ide-gagasan, semua itu adalah ciri seorang pelajar. Itulah seorang pelajar yang punya inisiatif bagi dirinya.
Menjadi orang biasa-biasa saja, boleh saja! Akan tetapi pikirkan kembali, jika kita semua bisa melebihi yang biasa-biasa saja. Kita akan punya nilai tinggi, nilai plus, dan kredebilitas menopang. Kita memang tidak terlalu membutuhkan pendongrak diri, tetapi kita butuh mendongrak diri kita menjadi lebih baik dari sebelumnya, dalam artian lebih baik dari hari kemarin, lebih baik dari orangtua kita, lebih baik dari pendahulu kita. Jadilah orang yang luar biasa, bukan orang yang tidak biasa alias abnormal seperti para koruptor kita, pemerintah bertopeng kita, dan petinggi berkedok kita. Perbanyak inisiatif diri untuk keikutsertaan kita, berkarya sesuai keterampilan, se-kreatif dan se-inovatif mungkin. Tentunya dengan semangat yang tak mudah redup, dan konsistensi yang tak pernah hilang.
               

    

0 komentar:

Posting Komentar