Tahun Baru; Euforia Jahiliyah
(Dibalik
Islam-Phobia Barat)
Melihat bagaimana tahun baru ini, terdetik begitu banyak
pertanyaan tentang bagaimana sebuah penalaran, baik itu mengenai kegoyahan
prinsip hidup seorang muslim maupun
kategori iman yang semakin lama, semakin terkikis. Di depan banyak
khalayak, kita menjadi sanjungan.
Umat islam yang katanya memperjuangkan nilai-nilai perjuangan membela
kebenaran, amar ma’ruf nahi munkar. Akan selalu membebaskan setiap agama lain,
beribadat dengan kepercayaan masing-masing, tanpa mengganggu ajaran agama
lainnya. Islam tidak pernah mengajarkan paksaan dalam tiap butir-butir
ajarannya. Tak ada masalah, hanya saja penjabaran ini rupanya dijadikan titik balik
penyerangan moral dan mental masyarakat indonesia yang mayoritas beragama islam,
siapa lagi kalau bukan ketidak senangan
(anti islam). Saya tidak berkata orang-orang
yang tidak senang terhadap islam, karena percuma mengatakan demikian.
Mereka bukan hanya tidak akan menggubris, tetapi juga sampai menentang secara
pamrih. Dalam Al-qur’an pun telah dijelaskan,”Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman”.(QS. Al-Baqarah: 6).
Dengan kepamrihan,
mereka rengkuh kekuasaan, yang fana, dan bagi kita hanyalah ke-duniawi-an.
Mereka tidak tahu kalau sebenarnya hari akhir sedang menunggu ajal umat manusia
seluruhnya. Kiamat... ditakuti sudah tidak lagi mempan terhadap banyak orang.
Jangankan hari kiamat, matipun yang bisa datang kapan saja, tidak ada dalam
benak sedikitpun. Lantaran duniawi menjadi sebuah cita-cita, tujuan hidup
terakhir. Padahal ada surga dan nereka, ada akhirat, menanti di ujung sana. Jadi
Kebaikanlah! hanya untuk mereka yang menaati perintah dan menjauhi larangannya,
mendapat hadiah surga.
Tahun baru
dengan hura-hura, dengan sedikit manfaat, banyak mudharat, euforia jahiliyah di tengah masyarakat modern. Lebih baik
mana antara merayakan tahun baru masehi dengan berdoa menyambutnya, agar tahun
ini lebih baik kebanding tahun kemarin, tentu masyarakat menjawab lebih baik
merayakannya (hura-hura).
Terlalu banyak
celah bagi kita, untuk terjerumus. Kalaupun bisa terlepas, tak menutup
kemungkinan untuk kembali bahkan terjerumus lebih dalam. Kita semua patut
berhati-hati. Lalu bagaimana seharusnya kita berhati-hati, seandainya banyak
dari kita tak mengetahui arti sebenarnya dibalik kehidupan selama ini. Hidup
adalah hari-hari penantian kita, dari mulai merangkak, berjalan, beranjak
dewasa, belajar dengan tekun memahami ilmu Allah kemudian mengamalkan di jalan
Allah pula, mempersiapkan masa depan, sampai berkeluarga mengasihi istri-suami
kita, merawat anak-anak kita, dan selanjutnya berakhir di statiun akhirat,
anggaplah seperti itu. Tahun baru bukanlah satu-satunya acara, perlu dirayakan
dan dimeriahkan tanpa dilewati. Kita perlu meningkatkan iman, ilmu, dan amal
kita terlebih dahulu, sehingga bisa menghadapi segalanya tanpa terburu-buru dan
gegabah. Saya yakin kita semua orang yang mudah tergiur. Kalaupun kita
berbicara, kita tidak akan tergiur, tetap saja kita akan tergiur. Karena kita
hidup di zaman penuh maksiat, lebih banyak dari zaman jahiliyah. Zaman
jahiliyah merupakan zaman kebodohan. Adapun tahun baru, tahukah anda? Kita
adalah banyak orang terjebak, di dalamnya, perayaannya, euforia yang melebihi
parahnya zaman jahiliyah.
Ada-ada saja...
orang-orang barat. Kalau memang mereka menganggap agamanya benar, mengapa harus
kelewat menyerang moral-mental, tidakkah mereka mengetahui arti kedamaian,
bukankah itu merusak aqidah seseorang. Umat islam memberikan kedamaian
sebagaimana umat islam menyebarkan agamanya. Sepertinya ada sebuah ketakutan
yang mereka rasakan. Kalau memang agama mereka, agama rahmatal lil alamin, kenapa harus membutuhkan misi men-dunia dalam
menyebarkannya, sampai harus ada misionaris, orientalis, zionis, sekuralis,
liberalis segala, lah dan tentunya
dengan berbagai macam cara, menghalalkan berbagai macam cara. Bukankah agama
mereka tersebar lebih banyak kebanding islam di dunia ini. Lalu apalagi
keinginan mereka? Tentu saja ingin menguasai dunia ini.
Satu hal! tahun
baru ini adalah satu hal kecil, mesti diselidiki di baliknya. Mengapa tahun
baru masehi, justru lebih disenangi banyak dari kita, orang indonesia. Itu
semua dikarenakan mental-moral kita sedang diserang perlahan-lahan. Indonesia
merupakan mayoritas agama islam terbesar di dunia. Yah, mereka tidak suka dengan islam, sebab islam akan membuka kedok
mereka semua, kedok dibalik kebusukan mereka selama ini. Lihat saja, waktu akan
membuktikan. Mereka tidak tahu kebenaran haqiqi. Seandainya mereka tahu, betapa
indahnya berislam, tidak ada rasa ketakutan, mereka rasakan. Sampai harus
mengerahkan begitu banyak segala jenis material, finansial untuk menghancurkan
islam dari segala arah.
0 komentar:
Posting Komentar