Kamis, 11 Juni 2020

0 Manusia Milenial Berakhlaq Rasulullah SAW


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!

Manusia Milenial Berakhlaq Rasulullah SAW

Di zaman serba canggih ini, kita akan mendapatkan banyak hal yang kita inginkan hanya dengan sekali klik. Lapar di malam hari ini, bisa terobati, dengan hanya satu klik tombol pesan online, setelah itu datang pizza, fried chicken, martabak, terang bulan, dan makanan apa saja yang diinginkan sesuai pesanan. Ingin belanja tapi malas berpergian, tidak perlu khawatir, bisa klik tombol pesan online, dan semua barang sudah tersedia lengkap di toko online. Pikirkanlah baik-baik! Sekarang zaman dengan teknologi dan informasi serba cepat dan sangat bermanfaat, sangat disayangkan bila hanya dilewatkan begitu saja untuk hal-hal yang sifatnya hiburan semata, amat disayangkan bila hanya digunakan sebagai pemuas nafsu, memandang yang tidak seharusnya dipandang, menonton yang tidak selayaknya dipertontonkan, dipakai untuk hal-hal negatif mengarah pada mudharat dan kemaksiatan, apalagi bila sampai melakukan perbuatan dosa besar. Naudzubilllahi min dzalik…


Pendidikan bagi manusia memang teramat penting untuk membuka pikiran. Mengutip Malcolm Forbes, “The purpose of education is to replace an empty mind with an open one”, bahwa tujuan pendidikan sendiri adalah untuk mengganti pikiran kosong dengan yang terbuka. Maka, mendidik adalah membuka pikiran, dididik adalah dibukanya pikiran, dan manusia terdidik adalah manusia yang terbuka pikirannya. Akan tetapi pendidikan saja sebetulnya tidak cukup bagi manusia untuk menstimulus pemikirannya, karena ketika manusia terdidik bisa jadi ia hanya sampai pada tahapan membuka pikiran atau pemikirannya secara luas sebagai bentuk konsekuensi dari keterdidikan yang ia tempuh dan miliki. Manusia perlu melengkapi keterbukaan pemikiran tersebut dengan Akhlaq. Akhlaq yang dimaksudkan disini ialah Akhlaqul karimah (sifat yang mulia) sesuai dengan kepribadian Rasulullah SAW.

Manusia zaman sekarang dengan julukan beken-nya, manusia milenial, mesti mencontoh kepribadian Rasulullah SAW. Ber-akhlaq sesuai dengan akhlaq-nya Rasulullah SAW. Inilah aspek yang mulai dilupakan oleh manusia milenial. Hidup kita di tahun milenial ini, penuh dengan cobaan dan ujian yang sangat menguras pemikiran dan energi kita. Kita tentu mengingat kisaran tahun 2019 sampai 2020, adalah tahun dengan beragam ujian dan cobaan, tidak hanya yang kasat mata, tetapi ada juga yang tidak kasat mata. Terakhir, kita merasakan betul dampak besar dari adanya pandemi corona covid-19, tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan, melainkan sosial ekonomi dari mulai akar rumput hingga elit, semua turut terkena imbas pandemi ini secara global. Pada akhirnya tehnologi dan informasi menjadi sangat penting untuk menuntaskan persoalan ini. Manusia mesti mengendalikan tehnologi dan informasi ini, agar tidak disalahgunakan. Manusia mesti melawan hawa nafsunya, sifat keserakahan, sifat egoisentris, sifat kesombongan demi kemaslahatan umat manusia secara universal. Manusia milenial bertubi-tubi diuji dengan ujian dan cobaan demikian adanya. Jika bukanlah Akhlaq yang berperan, manusia tentu tak dapat bertahan menghadapi kondisi hari ini. Manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya karena buah sikap dan perilakunya yang mapan, yaitu Akhlaq.

Tentu saja Akhlaq akan berbanding lurus dengan iman dan taqwa, karena manusia ber-Akhlaq akan senantiasa beriman dan taqwa serta menjaga dirinya dari berbuat keji. Ber-akhlaq ala Rasulullah SAW dapat termanifestasi dalam kejujuran, adil bijaksana, dermawan, rendah hati, sopan santun, cinta tanah air, hormat patuh pada yang tua, menghargai yang lebih muda, tenggang rasa, toleransi, dan banyak sekali yang dapat kita contoh dari kepribadian Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad & Bukhari)

Rasulullah SAW adalah manusia yang paling cocok dan ideal sebagai contoh terbaik atau uswah hasanah, beliau menyadari betul bahwa menyempurnakan akhlaq adalah sebuah keharusan dan keniscayaan. Sampai-sampai beliau berkata diutusnya adalah untuk menyempurnakan akhlaq, sehingga riwayat hidupnya pun dihabiskan untuk memperbaiki akhlaq bahkan sampai akhirnya hayatnya. Sunnah-sunnah beliau hingga sampai detik ini menjadi bukti dengan ber-akhlaq mencontoh beliau Rasulullah SAW, manusia tidak akan lekang oleh zaman, tidak tergerus oleh modernisasi, dapat bertahan dari gempuran hedonisme, jika betul-betul mau mengamalkan akhlaq sesuai sunnah Rasulullah SAW. Apalagi status kita adalah seorang mukmin, yang beriman, yakin serta percaya bahwa Rasulullah adalah utusan Allah SWT, dan tidak hanya sekedar utusan, melainkan panutan bagi mukmin. Rasulullah bersabda :

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya.” 
(HR. At- Tirmidzi)
   
Kesempurnaan iman seorang mukmin terwujudkan dalam akhlaq-nya. Jika ingin status mukmin kita tidak terlepas dan menjadi lencana kehidupan dunia akhirat, kita mesti menjaga betul akhlaq kita. Jangan sampai kita justru tergerus oleh arus budaya zaman, hanya karena budaya tersebut terlihat mentereng, terlihat lebih bagus secara kasat mata, sementara kita tidak memahami atau pura-pura tidak memahami hakikat sebenarnya dari kehidupan manusia. Hidup kita ini untuk beribadah kepada Allah SWT, diutusnya Rasulullah SAW untuk memperbaiki akhlaq kita agar dapat ikhlas beribadah tanpa pamrih. Selaku mukmin, selaku manusia milenial, tidak perlu berpura-pura lagi, pura-pura tidak tahu, dan pura-pura tidak paham. Mari, kita semua ber-akhlaq ala Rasulullah SAW. Insya allah aman dan tentram, karena ajaran Rasulullah SAW adalah cinta damai, rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta. Wa allahu a’lamu bis showwab…    
                                                                                                                                                         


0 komentar:

Posting Komentar