Manusia
Milenial Berakhlaq Rasulullah SAW
Di
zaman serba canggih ini, kita akan mendapatkan banyak hal yang kita inginkan
hanya dengan sekali klik. Lapar di malam hari ini, bisa terobati, dengan hanya
satu klik tombol pesan online, setelah itu datang pizza, fried chicken,
martabak, terang bulan, dan makanan apa saja yang diinginkan sesuai pesanan. Ingin
belanja tapi malas berpergian, tidak perlu khawatir, bisa klik tombol pesan
online, dan semua barang sudah tersedia lengkap di toko online. Pikirkanlah
baik-baik! Sekarang zaman dengan teknologi dan informasi serba cepat dan
sangat bermanfaat, sangat disayangkan bila hanya dilewatkan begitu saja untuk
hal-hal yang sifatnya hiburan semata, amat disayangkan bila hanya digunakan
sebagai pemuas nafsu, memandang yang tidak seharusnya dipandang, menonton yang
tidak selayaknya dipertontonkan, dipakai untuk hal-hal negatif mengarah pada mudharat
dan kemaksiatan, apalagi bila sampai melakukan perbuatan dosa besar. Naudzubilllahi
min dzalik…
Pendidikan
bagi manusia memang teramat penting untuk membuka pikiran. Mengutip Malcolm
Forbes, “The purpose of education is to replace an empty mind with an open
one”, bahwa tujuan pendidikan sendiri adalah untuk mengganti pikiran kosong
dengan yang terbuka. Maka, mendidik adalah membuka pikiran, dididik adalah
dibukanya pikiran, dan manusia terdidik adalah manusia yang terbuka pikirannya.
Akan tetapi pendidikan saja sebetulnya tidak cukup bagi manusia untuk
menstimulus pemikirannya, karena ketika manusia terdidik bisa jadi ia hanya
sampai pada tahapan membuka pikiran atau pemikirannya secara luas sebagai
bentuk konsekuensi dari keterdidikan yang ia tempuh dan miliki. Manusia perlu
melengkapi keterbukaan pemikiran tersebut dengan Akhlaq. Akhlaq
yang dimaksudkan disini ialah Akhlaqul karimah (sifat yang mulia) sesuai
dengan kepribadian Rasulullah SAW.
Manusia
zaman sekarang dengan julukan beken-nya, manusia milenial, mesti
mencontoh kepribadian Rasulullah SAW. Ber-akhlaq sesuai dengan akhlaq-nya
Rasulullah SAW. Inilah aspek yang mulai dilupakan oleh manusia milenial. Hidup
kita di tahun milenial ini, penuh dengan cobaan dan ujian yang sangat menguras
pemikiran dan energi kita. Kita tentu mengingat kisaran tahun 2019 sampai 2020,
adalah tahun dengan beragam ujian dan cobaan, tidak hanya yang kasat mata,
tetapi ada juga yang tidak kasat mata. Terakhir, kita merasakan betul dampak
besar dari adanya pandemi corona covid-19, tidak hanya berpengaruh terhadap
kesehatan, melainkan sosial ekonomi dari mulai akar rumput hingga elit, semua
turut terkena imbas pandemi ini secara global. Pada akhirnya tehnologi dan
informasi menjadi sangat penting untuk menuntaskan persoalan ini. Manusia mesti
mengendalikan tehnologi dan informasi ini, agar tidak disalahgunakan. Manusia
mesti melawan hawa nafsunya, sifat keserakahan, sifat egoisentris, sifat
kesombongan demi kemaslahatan umat manusia secara universal. Manusia milenial
bertubi-tubi diuji dengan ujian dan cobaan demikian adanya. Jika bukanlah Akhlaq
yang berperan, manusia tentu tak dapat bertahan menghadapi kondisi hari
ini. Manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya karena buah sikap dan
perilakunya yang mapan, yaitu Akhlaq.
Tentu
saja Akhlaq akan berbanding lurus dengan iman dan taqwa, karena manusia
ber-Akhlaq akan senantiasa beriman dan taqwa serta menjaga dirinya dari berbuat
keji. Ber-akhlaq ala Rasulullah SAW dapat termanifestasi dalam
kejujuran, adil bijaksana, dermawan, rendah hati, sopan santun, cinta tanah
air, hormat patuh pada yang tua, menghargai yang lebih muda, tenggang rasa,
toleransi, dan banyak sekali yang dapat kita contoh dari kepribadian Rasulullah
SAW. Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad &
Bukhari)
Rasulullah
SAW adalah manusia yang paling cocok dan ideal sebagai contoh terbaik atau uswah
hasanah, beliau menyadari betul bahwa menyempurnakan akhlaq adalah
sebuah keharusan dan keniscayaan. Sampai-sampai beliau berkata diutusnya adalah
untuk menyempurnakan akhlaq, sehingga riwayat hidupnya pun dihabiskan
untuk memperbaiki akhlaq bahkan sampai akhirnya hayatnya. Sunnah-sunnah
beliau hingga sampai detik ini menjadi bukti dengan ber-akhlaq mencontoh
beliau Rasulullah SAW, manusia tidak akan lekang oleh zaman, tidak tergerus
oleh modernisasi, dapat bertahan dari gempuran hedonisme, jika betul-betul mau mengamalkan
akhlaq sesuai sunnah Rasulullah SAW. Apalagi status kita adalah seorang
mukmin, yang beriman, yakin serta percaya bahwa Rasulullah adalah utusan Allah
SWT, dan tidak hanya sekedar utusan, melainkan panutan bagi mukmin. Rasulullah
bersabda :
أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya.”
(HR.
At- Tirmidzi)
Kesempurnaan
iman seorang mukmin terwujudkan dalam akhlaq-nya. Jika ingin status
mukmin kita tidak terlepas dan menjadi lencana kehidupan dunia akhirat, kita
mesti menjaga betul akhlaq kita. Jangan sampai kita justru tergerus oleh
arus budaya zaman, hanya karena budaya tersebut terlihat mentereng, terlihat
lebih bagus secara kasat mata, sementara kita tidak memahami atau pura-pura
tidak memahami hakikat sebenarnya dari kehidupan manusia. Hidup kita ini untuk
beribadah kepada Allah SWT, diutusnya Rasulullah SAW untuk memperbaiki akhlaq
kita agar dapat ikhlas beribadah tanpa pamrih. Selaku mukmin, selaku manusia
milenial, tidak perlu berpura-pura lagi, pura-pura tidak tahu, dan pura-pura
tidak paham. Mari, kita semua ber-akhlaq ala Rasulullah SAW. Insya
allah aman dan tentram, karena ajaran Rasulullah SAW adalah cinta damai, rahmatan
lil alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta. Wa allahu a’lamu bis
showwab…
0 komentar:
Posting Komentar