Hakikat Menanamkan Sikap dan Nilai Ketauhidan
Allah SWT memerintahkan kita
untuk saling berlomba dalam kebaikan. Disebutkan di dalam Al-Quran surat
Al-Baqarah ayat 148,
“Dan bagi
tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dalam setiap hal sebetulnya kita
semua diperintahkan untuk saling melakukan yang terbaik, termasuk dalam
beraqidah. Namun bukan berarti kita perlu terpecah belah dan tidak saling
bersatu. Umat islam dengan berbagai macam latar belakang aqidah islamiyah,
memang memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Akan tetapi sebetulnya
memiliki asas dan dasar yang sama, yakni mengesakan Allah SWT sebagai satu-satunya
dzat yang maha kuasa dan mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman,
yang tiada lagi Nabi Rasul setelahnya.
Umat islam mesti mempelajari
kembali hakikat sebenarnya dari keberagaman perbedaan Aqidah islamiyah ini,
bahwa perbedaan ini adalah untuk saling berlomba dalam kebaikan, tidak menuntut
hal lain. Umat islam secara personal, harus ikhlas mengakui kebenaran di sisi
lain, jika memang menemukan kebenaran itu bukan berada di dalam aqidah yang
diyakininya. Jangan pernah memaksakan diri merasa dirinya paling benar dan
menyalahkan ajaran aqidah lain.
Umat islam harus tetap bersatu
dalam suatu itikad baik muhlisina lahu al-din, dimana menjadi kebaikan
bagi agama. Jika diantara umat islam ada yang salah disikapi dengan peringatan
dan diperbaiki dengan santun lagi bijak, silaturahim haruslah tetap terjaga
meskipun berbeda aqidah. Hilangkan stigma politik, stigma untuk menguasai yang
lain. Sebab hanya akan memberikan perpecahan pada akhirnya. Aqidah islamiyah
bukanlah tunggangan politik. Aqidah islamiyah harus benar-benar dilandasi rasa
keikhlasan, di samping rasa keyakinan kuat. Ketauhidan mesti ditanamkan dengan
sebenar-benarnya, bukan sekedar kepercayaan dan keyakinan yang membabi buta. Pada
akhirnya memang dengan realita yang sudah ada, umat islam akan terus diuji rasa
kesatuannya. Sikap dan nilai ketauhidan yang selama ini terus ditanamkan, akan
selalu dibenturkan dengan kepentingan-kepentingan pribadi dan personal.
Tinggal-lah nanti umat islam memilih.
Teringat hadits Rasululllah SAW
mengenai perpecahan umat islam, dimana umat islam (kaum muslimin) akan
tergolong menjadi 73 golongan, dan yang selamat pada akhirnya adalah golongan Ahlussunnah
wal Jamaah yang senantiasa mengamalkan ajaran Rasulullah SAW dan para
sahabat. Sampai hari ini belum ada yang bisa menerka siapa yang akan selamat
nantinya di yaumil akhir. Rasulullah juga tidak pernah menjelaskan
secara eksplisit siapa yang dimaksud golongan Ahlussunnah Wal Jamaah, Rasulullah
SAW hanya menyebutkan ciri dari golongan tersebut adalah yang senantiasa
mengamalkan ajaran Rasulullah SAW dan para sahabat. Umat islam hari ini sudah
memilih dan tentunya masuk diantara ke 73 golongan tersebut. Kita semua menjadi
Ahlussunnah atau bukan, akan diuji rasa istiqomahnya dalam beraqidah,
selain rasa kesatuan umat islam. Tentu saja terdapat konsekuensi dari ujian ini,
akan membedakan nasib umat islam kelak di yaumil akhir nantinya.
Mudah-mudahan kita semua termasuk golongan yang dinyatakan sebagai Ahlussunnah
Wal Jamaah yang pantas dikatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW, dan
senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah Beliau. Wa Allahu A’lamu Bis Shawwab…
0 komentar:
Posting Komentar