Perumpamaan Hijriah,
Miladiyah (Masehi)
Selaku umat islam. Tak ada kata lain, mengapa kita harus
mengikut sertakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan tak seharusnya kita kerjakan? Untuk apa?. Tahun baru hijriah semestinya sudah cukup kita
rayakan, tanpa ada saingannya. Adapun selainnya adalah sebagai selingan, dan beranggapan bahwa menyadari, kita adalah umat
islam. Sebenarnya tidak harus
dirayakan! Baik miladiyah maupun hijriah. Karena biasanya
perayaan-perayaan tersebut, sering kita saksikan selalu berkenaan dengan ke-mudharat-an. Berhura-hura
dengan banyak hiburan saja tak boleh, apalagi dengan begitu banyaknya kebebasan
tak terbatas.
Tidakkah kita berpikir, kehidupan ini adalah penuh telaah.
Selalu ada kebuntuan yang kita temui setiap melangkah. Karena banyaknya
kebuntuan ini, maka kita wajib berhati-hati dalam melangkah. Bukan sekedar
kebuntuan yang akan kita temui, tetapi juga permasalahan lain. Menyingkapi
masalah perayaan tahun baru ini, sudah pasti menjadi kepentingan. Kita adalah orang awwam, melihat
fenomena baru, kemudian mengikutinya,
tanpa sadar ini merupakan perangkap sekaligus jebakan yang
dibawa orang-orang yang dari dulu tidak suka melihat islam di muka bumi ini.
Itu semuanya sudah terorganisir dalam pikiran mereka, dan
seperti kebanyakan kita temui sekarang, bagaimana program-program pendekatan
mereka kepada tokoh-tokoh kenamaan baik kalangan konglomerat, ulama, sampai para umara. Gerakan-gerakan
ini disinyalir akan merembet terus sampai akhirnya nanti. Dan membuat peta
perjalanan pengaruh luas mereka terhadap banyak instansi.