0 Renung@n Pemb@ca


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!
Hakikat Menanamkan Sikap dan Nilai Ketauhidan


Prihatin sebetulnya melihat fakta, masih banyak dari kalangan umat islam sendiri saling berlelah diri, berkelahi soal aqidah mana yang ahlus sunnah, soal aqidah mana yang paling benar, shohih dan diakui mayoritas umat islam. Padahal Allah SWT tidak pernah menyatakan di dalam ayat sucinya bahwa salah satu diantara beragam macam basis aqidah ini dibenarkan dan ditasbihkan, tidak pula terdapat hadits Nabi SAW untuk membenarkan salah satu dari sekian banyak aqidah islamiyah.

Allah SWT memerintahkan kita untuk saling berlomba dalam kebaikan. Disebutkan di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 148,

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Dalam setiap hal sebetulnya kita semua diperintahkan untuk saling melakukan yang terbaik, termasuk dalam beraqidah. Namun bukan berarti kita perlu terpecah belah dan tidak saling bersatu. Umat islam dengan berbagai macam latar belakang aqidah islamiyah, memang memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Akan tetapi sebetulnya memiliki asas dan dasar yang sama, yakni mengesakan Allah SWT sebagai satu-satunya dzat yang maha kuasa dan mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman, yang tiada lagi Nabi Rasul setelahnya.
Umat islam mesti mempelajari kembali hakikat sebenarnya dari keberagaman perbedaan Aqidah islamiyah ini, bahwa perbedaan ini adalah untuk saling berlomba dalam kebaikan, tidak menuntut hal lain. Umat islam secara personal, harus ikhlas mengakui kebenaran di sisi lain, jika memang menemukan kebenaran itu bukan berada di dalam aqidah yang diyakininya. Jangan pernah memaksakan diri merasa dirinya paling benar dan menyalahkan ajaran aqidah lain.

Umat islam harus tetap bersatu dalam suatu itikad baik muhlisina lahu al-din, dimana menjadi kebaikan bagi agama. Jika diantara umat islam ada yang salah disikapi dengan peringatan dan diperbaiki dengan santun lagi bijak, silaturahim haruslah tetap terjaga meskipun berbeda aqidah. Hilangkan stigma politik, stigma untuk menguasai yang lain. Sebab hanya akan memberikan perpecahan pada akhirnya. Aqidah islamiyah bukanlah tunggangan politik. Aqidah islamiyah harus benar-benar dilandasi rasa keikhlasan, di samping rasa keyakinan kuat. Ketauhidan mesti ditanamkan dengan sebenar-benarnya, bukan sekedar kepercayaan dan keyakinan yang membabi buta. Pada akhirnya memang dengan realita yang sudah ada, umat islam akan terus diuji rasa kesatuannya. Sikap dan nilai ketauhidan yang selama ini terus ditanamkan, akan selalu dibenturkan dengan kepentingan-kepentingan pribadi dan personal. Tinggal-lah nanti umat islam memilih.
Teringat hadits Rasululllah SAW mengenai perpecahan umat islam, dimana umat islam (kaum muslimin) akan tergolong menjadi 73 golongan, dan yang selamat pada akhirnya adalah golongan Ahlussunnah wal Jamaah yang senantiasa mengamalkan ajaran Rasulullah SAW dan para sahabat. Sampai hari ini belum ada yang bisa menerka siapa yang akan selamat nantinya di yaumil akhir. Rasulullah juga tidak pernah menjelaskan secara eksplisit siapa yang dimaksud golongan Ahlussunnah Wal Jamaah, Rasulullah SAW hanya menyebutkan ciri dari golongan tersebut adalah yang senantiasa mengamalkan ajaran Rasulullah SAW dan para sahabat. Umat islam hari ini sudah memilih dan tentunya masuk diantara ke 73 golongan tersebut. Kita semua menjadi Ahlussunnah atau bukan, akan diuji rasa istiqomahnya dalam beraqidah, selain rasa kesatuan umat islam. Tentu saja terdapat konsekuensi dari ujian ini, akan membedakan nasib umat islam kelak di yaumil akhir nantinya. Mudah-mudahan kita semua termasuk golongan yang dinyatakan sebagai Ahlussunnah Wal Jamaah yang pantas dikatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW, dan senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah Beliau. Wa Allahu A’lamu Bis Shawwab…







0 komentar:

Posting Komentar