Selasa, 18 November 2014

0 Menanti Sosok Pemimpin Super Karismatik


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!
Menanti Sosok Pemimpin Super Karismatik


Memang sudah digariskan bahwa keduanya ini selalu disangkut-pautkan dengan kehidupan disekitarnya. Dalam sebuah pantauan yang mencakup kehidupan di desa-desa, tradisional sudah menjadi peralatan kehidupan, bahkan ibarat penyedap rumah yang tanpanya masakan tidak akan sedap untuk dinikmati. Seringkali kita lihat kehidupan di desa, masih ada saja kebiasaan memasak menggunakan kayu bakar, dengan peralatan dapur yang sederhana seperti penggorengan batu-bata, belum lagi dengan contoh lainnya. Berbeda dengan di kota, tradisi seperti ini sangat jarang kita temukan. Kalaupun ada, itu hanyalah sebuah inisiatif untuk menghemat penggunaan listrik, minyak, dan penggunaan bahan lain secara berlebihan. Karena kebutuhan di kota begitu mahal dan tidak banyak yang alamiah, maka ada juga dari masyarakat kota yang memakai peralatan tradisional.
Pada dasarnya keadaan seperti ini bisa kita tilik di banyak negara berkembang. Indonesia adalah negara yang masih memiliki kapabilitas menengah ke bawah. Pemerataan negeri ini masih belum seimbang, sehingga kebutuhan di desa tidak memadai dan seadanya tapi murah karena alamiah, sedang di kota keadaan begitu mendukung dan serba ada namun mempunyai kendala kemahalan. Jadi masih ada banyak kekurangan, walaupun mempunyai begitu banyak sumber daya alam yang melimpah. Negeri kita tidak mempunyai sumber daya manusia yang memadai secara spiritual. Sehingga mengolahnya pun negeri ini tidak mau capai-capai berkeringat dan menguras tenaga serta pikiran. Mereka pikir lebih baik serahkan saja kepada yang lebih berpengalaman tanpa mengambil ibroh dan ikut  serta dalamnya, atau mungkin ikut mempelajarinya, menilik siasat jitu untuk menangguli keterbatasan, atau sekedar mengontrol secara teliti kinerja yang dipercayakan kepada orang berpengalaman tersebut. Dalam hal ini, biasanya kita lebih memercayakannya kepada orang asing (luar negeri).
Ini sebenarnya indikasi dari ketidak-becusan kita mengurusi potensi alam yang melimpah ruah ini. bukan ketidak-becusan sih, hanya kita yang belum mau bertindak lebih jauh untuk mengungguli pihak asing. Kebanyakan dari kita (mohon maaf) yang bermalas-malasan, atau tidak punya rasa andil demi memajukan negeri ini. Oleh karenanya jarang sekali pemangku tampuk kepemimpinan kita yang diisi oleh seorang yang memang memikirkan keadaan negeri ini. Sejak saat itu juga kita tidak hanya tertinggal dari segi pengolahan sumber daya alam, tetapi juga tertinggal dari segi produksinya. Ini terjadi karena memang pihak asing membuat satu langkah serupa simbiosis mutualisme yang sama-sama menguntungkan, namun dengan takaran yang lebih menguntungkan pihak asing. Keuntungan kita hanya didapat di awal penanganan saja, selebihnya pihak asing yang lebih mengerti penanganan selanjutnya. Yang lebih mengerti inilah yang mendapat keuntungan lebih, bahkan melebihi si empunya alias negeri ini. Jadi, sudah menjadi maklum bersama kalau kita kalah saing. Kalah saing? Sudahlah terlanjur kita kalah, maka lebih baik perbaiki dulu kualitas SDM...