Senin, 22 Juli 2013

0 Katakan “Bisa” dalam Menulis


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!

Katakan “Bisa” dalam Menulis

Jangan pernah mengatakan “Tidak Bisa” dalam menulis. Kalaupun kita tidak bisa menuliskan apa yang ada di dalam isi kepala kita dengan bahasa yang tidak bagus dalam tatanan bahasa atau kurang baku misalnya, tidak perlu khawatir. Kita bisa menggunakan bahasa apa saja (yang dimengerti) untuk memperdaya isi kepala kita, untuk dijadikan sebuah tulisan. Seorang penulis seperti Raditya Dika bisa dijadikan contoh dalam hal ini. Kita lihat bahasa yang dia pakai dalam menulis, dia menulis dengan bahasa yang tidak baku, dan kesannya acak-acakan. Raditya Dika, adalah seorang penulis yang bergenre humor dan lawak. Ide-ide bodohnya bahkan bisa dikeluarkan begitu saja tanpa ada rasa risih, ia tuangkan semuanya secara blak-blakan.
Bayangkan seandainya pola pikir kita terhadap menulis seperti itu, tak ayal kita akan langsung saja menulis tanpa pikir panjang. Otak kanan kita begitu mudah berlaku tanpa ada penghalang, dalam hal ini biasanya yang menghalangi adalah otak kiri. Menulis tanpa pikir-pikir panjang, dan langsung saja menuangkannya itu lebih baik daripada bingung dengan setumpuk pertanyaan dan pernyataan, saya tidak bisa menulis, mau nulis apa ya? Biasanya orang menulis dengan ide cemerlang, ide cemerlang apa ya yang harus saya tuangkan dalam tulisan? Ah, ini tidak bagus untuk ditulis, lebih baik saya menulis ini, ah, ini juga tidak bagus lebih baik saya menulis itu saja. Ujungnya ia tidak jadi menulis hanya karena pertanyaan dan penyataan yang terlalu banyak memforsir itu.

0 Pondok Pesantren Sebagai Ujung Tombak Perekonomian Sosial


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!

Pondok Pesantren Sebagai Ujung Tombak Perekonomian Sosial


Siapa yang tidak senang jika masyarakatnya sejahtera. Tentu semuanya menginginkan betul, melihat suasana hidup yang aman dan tentram, merasakan betapa nikmatnya kehidupan yang kita lakoni. Satu yang perlu dicatat bahwa dalam dilematisasi zaman seperti sekarang ini, dengan kategori  neo-globalisasi, perekonomian telah menjadi bidang kemaslahatan yang menebar buih-buih pembangunan dalam begitu banyak dinamika kemasyarakatan. Pembangunan tidak lepas dari perekonomian, dinamika kemasyarakatan telah dipenuhi  dekonstruksi pemerataan tingkatan sosial serta strata sosial. Dibutuhkan eksistensi untuk menjalin kinerja yang solid dan konsis sampai masa mendatang.
Pondok pesantren adalah salah satu pergerakan yang menanamkan nilai-nilai dasar yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits, dengan kata lain pergerakan ini bukanlah satu pergerakan yang dibentuk begitu saja secara lumrah, ada tujuan tertentu mengapa terdapat pembentukannya. Proses pembelajaran yang diberlakukan juga mengacu pada Al-Quran dan As-sunnah (Hadits), sehingga dapat berkesinambungan dengan arus zaman. Kita lihat saja tatanan kehidupan pondok pesantren sebagai satu contoh sampel tingkat serta strata kehidupan yang baik dalam berdinamika.
Dalam bidang ekonomi, pondok pesantren merupakan gerakan spiritual amal yang bersosialisasi langsung dengan masyarakat. Namun sejauh yang kita ketahui, pondok pesantren bukanlah pergerakan ekonomi yang faknya adalah mengentaskan kemiskinan yang kini semakin meraja lela saja. Hanya saja, pesantren adalah satu pengembang perekonomian dalam pembangunan negara.
Banyak Pengembangan di bidang ekonomi, pada umumnya pondok pesantren berkecimpung dalam berbagai jenis usaha ekonomi di sektor pertanian (agrobisnis), telekomunikasi, koperasi, bahkan manajemen pemasaran tradisional. Hal ini dapat dipahami mengingat sebagian besar atau 78,5% dari 14.067 pondok pesantren berkedudukan di daerah pedesaan. Dengan kegiatan pengembangan ini pondok pesantren meraih minimal tiga manfaat sekaligus, yaitu pertama, mendidik dan membekali para santri dengan pengetahuan, keterampilan, dan jiwa kewirausahaan, kedua, mendidik masyarakat sekitar pondok pesantren tentang cara-cara dan teknis yang lebih maju dalam menjalankan usaha seperti pertanian (agrobisnis) yang pantas diberlakukan di pedesaan, dan sekaligus memperkenalkan berbagai komoditas baru yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih baik, serta ketiga, meningkatkan dan menambah sumber-sumber pendapatan bagi pondok pesantren dan masyarakat. Dari sini apabila terjalin hubungan kerja yang harmonis, tak ayal usaha akan lancar karena semua elemen perekonomian bergerak, menguntungkan semua yang berkecimpung dalam sinergi perekonomian tersebut, dan satu lagi, yakni dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Minggu, 14 Juli 2013

0 Benarkah Menulis Kebutuhan Manusia?


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!
Benarkah Menulis Kebutuhan Manusia?

“Menulis adalah kebutuhan bagi manusia” Pernyataan ini membuat kita berpikir beberapa kali, tentunya untuk sebagian kalangan biasa, yang juga sering kita sebut sebagai awwamun. Padahal menulis merupakan penumpahan ide dan gagasan, baik berupa curahan hati, karangan, atau sebuah kumpulan catatan mendasar. Sehingga perlu digaris bawahi, dari ketiga garis besar ini, artian dari menulis itu sendiri sudah mewakili keadaan kita di mata orang lain. Ada banyak penelitian yang membahas secara runtut tentang implementasi menulis sebagai nilai karakter seseorang. Penilaian karakteristik seseorang memang bukanlah titik kejelasan dari semua elemen yang membangun manusia secara umum, akan tetapi dari karakteristik inilah kita dapat mengetahui setidaknya menebak tingkah laku dan perbuatan seorang manusia dari masa lalunya sampai yang akan datang.
  Jika seorang tetap menulis dengan keterbatasan yang dimilikinya, itu berarti dia mempunyai banyak kekurangan yang tidak ingin diungkapkannya lewat pembicaraan dengan orang lain. Ia adalah orang yang tertutup yang memiliki segudang rahasia yang membuatnya amat banyak menulis, karena menulis adalah suatu kebutuhan baginya. Tanpa disadari olehnya, menulis itu menjadi senjata pamungkas baginya, dan sebenarnya tidak saja menutupi kekurangan yang ada dalam dirinya, akan tetapi juga memperlihatkan kemampuannya dalam bidang tulis-menulis. Orang yang sedemikian sering menulis, ia akan terasah kemampuan baik kosa katanya, susunan narasinya, dan deskripsinya, walaupun ia tak menyadari ia sendiri yang membuatnya dan itulah kemampuannya yang dapat menutupi kekurangannya. Menakjubkan bukan dunia tulis-menulis itu.
  Seseorang yang sering menulis juga mau tidak mau harus memiliki pengetahuan dan syarat akan tanggung jawabnya sebagai seorang penulis. Tulisannya akan dibaca oleh khalayak ramai, akan dibedah serta dikaji oleh banyak orang, dan akan dijadikan landasan atau rujukan materi yang ada kaitannya dengan tulisan yang ingin dibuat. Membicarakan tulis-menulis seperti membicarakan masakan lezat yang membuat selera makan bergairah, sehingga orang tertarik untuk memakannya sampai habis. Sama halnya dalam tulis-menulis, orang secara tidak langsung dibuat tersihir dengan rangkaian kata yang membangun tulisa tersebut. Tentu saja dalam masakan lezat memiliki bumbu-bumbu masak penyedap rasa yang membuat lezat dan enak untuk dikonsumsi. Begitu pula tulis-menulis, dalam hal ini juga me    miliki bumbu-bumbu dasar dalam membuatnya, dan masing-masing penulis memiliki bumbu-bumbu dasar tersebut untuk menarik minat baca khalayak ramai.
  Tidak ada alasan untuk tidak menulis. Karena menulis merupakan satu kegiatan berpikir ala dualisme, yakni antara membaca dan menulis itu sendiri. Jika seorang tidak menulis, maka ia punya kelemahan dalam sisi tulisannya. Orang yang mempunyai kelemahan dalam tulisan, bisa dibilang tidak mampu menuangkan apa yang sudah dibacanya, ia hanya mampu mengungkapkannya lewat lisan/pembicaraan terhadap orang lain. Padahal dalam bangku kuliah, ia nantinya akan dihadapkan dengan tugas makalah, pembuatan paper, naskah penelitian, skripsi, tesis, desertasi dan lain sebagainya. Semua itu memerlukan kebiasaan mendasar dalam tulis-menulis. Bahkan setelah bisa dan terbiasa menulis dengan kemampuan dasar pun, kita masih harus banyak mempelajari pola-pola penulisan lain di luar konteks dasar. Namun tetaplah perlu diketahui bahwa dunia tulis-menulis itu tidaklah rumit, menulis sebenarnya mudah dan tinggal melakukannya saja secara praktis.