Sabtu, 21 Desember 2013

0 Memelihara Sikap Muraqabah


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!
Memelihara Sikap Muraqabah



لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu menampakkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
                                                     (QS. Al-Baqarah: 284)

Secara mengecewakan, golongan pemuda kita begitu banyak yang berkecimpung dalam dunia yang tak ada gunanya sama sekali. Keberadaan mereka dikarenakan oleh banyak sebab yang berakibat dari lepasnya perilaku yang bebas. Perilaku yang bebas ini membuahkan paradigma kesenjangan, dimana tidak adanya moral yang berkecamuk dalamnya. Padahal moral atau asusila sangatlah dibutuhkan dalam menghadapi sikap tercela yang semakin membabi-buta saja. Sebelumnya saya akan bertanya terlebih dahulu kepada pembaca yang budiman, adakah anda mempunyai peliharaan semacam kucing, burung merpati, burung kakak tua atau lain sebagainya yang anda sayangi? Jika ada, apakah anda merasa mempunyai dan menyayangi peliharaan itu? Tentu anda menyayanginya dan akan  merawatnya segenap hati sebagaimana perilaku kita terhadap hewan, apalagi hewan itu adalah sebuah peliharaan.
Anda tidak akan menyayangi hewan peliharaan tersebut, seandainya anda tidak merasa mempunyainya atau anda tidak merasa harus andil dalam memelihara hewan itu, sehingga anda tidak menyayangi dan merawatnya sebagaimana mestinya. Pikirkan! Buat apa anda membeli hewan itu, kalau hanya untuk pajangan saja, tanpa disayangi dan dirawat dengan baik. Buat apa pula anda mempunyai hewan peliharaan tersebut sedang anda diamanahi menjadi seorang khalifah yang menyayangi semua makhluk ciptaan Allah SWT. Otomatis kita harus andil dalam memeliharanya. Kita juga harus andil dalam memenuhi haknya sebagai hewan peliharaan. Karena siapa lagi yang akan menyayangi selain kita.
Bicara masalah memiliki, tentu kita akan berbicara juga tentang kepribadian. Karena kepemilikan seseorang itu tergantung dari kepribadiannya, dan begitu pula sebaliknya. Bagaimana kita menggunakan apa-apa yang jadi kepemilikan kita dengan baik. Otak, mata, telinga, hidung, mulut, tangan, kaki, jari-jari, dan lain sebagainya yang kita miliki adalah satu dari banyak contoh bahwa kepemilikan itu tergantung pada pribadinya tersebut. Otak yang cerdas, itu berarti seorang yang memilikinya itu telah berbuat langkah mengasah yang benar terhadap otaknya. Mata yang jernih dan penglihatannya, itu berarti seorang yang memilikinya adalah orang yang selalu memakai matanya untuk kepentingan kebaikan semata tanpa melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat, seperti melihat sesuatu yang bukan haknya. Telinga dengan pendengaran baik dan jeli, seorang yang memilikinya adalah orang yang tidak pernah mendengarkan hal-hal buruk, seperti mendengarkan gosip dari orang. Mulut dengan alat perasa baik, cara bicara yang baik, dan segala sesuatu yang dikeluarkannya baik, seorang yang memilikinya adalah orang yang tidak pernah sedikitpun berkata, berbicara, memakan, mengeluarkan sesuatu yang tidak pantas seperti meludah sembarangan, berbicara tentang gosip, dan berkata yang jorok.

Begitu halnya dengan tangan, kaki, jari-jari kita dan lain sebagainya. Semuanya akan baik jika kita menempatkannya pada tempatnya, dan tentunya kita merasa memilikinya, sehingga kita selalu menjaga semua kepunyaan kita dari hal-hal yang berbau negatif.  Itulah mengapa kita harus merasa andil pula dalam hal kepemilikan, karena itu menentukan seberapa jauh rasa memelihara kita terhadap apa-apa yang kita miliki. Memelihara sesuatu itu tidaklah gampang, mengingat itulah amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita, walaupun sekecil apapun. Terkadang orang justru meremehkan hal yang kecil, sehingga selalu berkelit (bersusah-payah) demi menghindarinya. Padahal tidak ada niatan sama sekali untuk berkelit. Ini terjadi karena kita kurang memperhatikan hal-hal yang kecil demikian. Dimana-mana hal yang kecil itu selalu dijauhi. Teman yang badannya kecil, pekerjaan dengan gaji yang kecil, uang kecil yang hanya beberapa perak, bergaul dengan kalangan kecil seperti kaum dhuafa, dan lain sebagainya. Buktinya sudah banyak terjadi di kalangan kita, banyak yang lebih memilih bersama dengan orang yang konglomerat walaupun dia seorang koruptor kelas kakap, kebanding dengan orang kalangan kecil yang biasa-biasa saja ekonominya. Entah karena malu, atau ingin sejahtera sendiri, atau hanya karena sebuah tujuan lain.
Ini realitas (kenyataan) yang ada. Kembali ke pokok permasalahan kita bahwa memelihara hal sekecil apapun itu jauh lebih berat daripada harus memelihara hal yang besar. Hal yang kecil seringkali diremehkan keberadaannya. Hal yang kecil juga seringkali dilupakan, sehingga tak dihiraukan. Begitu pula dengan sikap Muraqabah (mendekatkan diri) kita kepada Allah SWT. Walaupun hanya sebuah kata pendekatan diri kepada Allah, tetapi sangat luas makna yang terkandung di dalamnya, dan selalu saja ada orang yang meremehkannya, dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah itu bisa kapan saja, dimana saja, dan tidak pandang apapun. Muraqabah kepada Allah SWT adalah ciri seorang hamba Allah SWT yang paling jelas nampaknya kebanding ciri yang lain.
Dengan muraqabah mendekatkan diri kepada Allah kita dapat menandakan sejauh mana tingkat kehambaan kita serta sikap kita sebagaimana manusia yang selalu bergantung padaNya. Karena muraqabah merupakan ciri penanda, maka memeliharanya adalah satu keharusan. Muraqabah tidak ada jika manusia merasa dirinya tidak bergantung pada siapapun dan dzat apapun, manusia merasa angkuh dengan kelebihannya, dan manusia merasa ia dapat menentukan keinginan sendiri tanpa dikendalikan, padahal siapa yang menciptakan perasaan, siapa pula yang menciptakan anggota badannya dari atas hingga ke bawah dengan bentuk beraneka ragam dan menakjubkan, sehingga terlihat sempurna diantara ciptaan lain tanpa kekurangan sedikitpun. Siapa yang berhak angkuh selain Allah SWT, siapa yang mempunyai sifat Qiyamuhu Binafsihi selain Allah SWT. Bayangkan jika seorang manusia seperti kita berdiri sendiri tanpa bantuan yang maha kuasa (Allah SWT), maka niscaya tidak akan ada hasil yang baik sama sekali alias nonsense for positive. Karena Allah sangat berpengaruh dalam kehidupan kita kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan apapun.
Adanya doa-doa saat melakukan sesuatu hal, seperti sebelum-sesudah makan dan minum, saat sebelum-sesudah tidur, masuk-keluar WC serta kamar mandi, sebelum-sesudah mandi, sebelum-sesudah berpergian, dan lain sebagainya, semuanya dimaksudkan agar kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Itulah mengapa menjadi suatu keharusan ber-muraqabah diri kepada Allah SWT. Karena dialah satu-satunya keselamatan langsung tanpa perantara-perantara lain. Allah SWT berfirman (yang artinya): Dia selalu bersama kalian di mana pun kalian berada (QS al-Hadid: 4); dan firman Allah lainnya menyatakan: Sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang tersembunyi di mata Allah, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi (QS Ali Imran: 6). Dari sini saja kita dapat menyimpulkan, bahwa sesungguhnya Allah itu selalu tau apa saja yang kita perbuat, termasuk seberapa jauh dan banyak pendekatan kita kepadaNya. Hal yang baik maupun buruk yang kita miliki serta diperbuat, semuanya diketahui oleh Allah SWT.
Pendekatan kepada hal yang haram selalu saja menjadi momok yang mentradisi di kalangan kita, terutama kalangan remaja. Remaja sekarang mempunyai pemahaman berbeda, condong kontradiktif, dan kontraversial. Jadi, kalau ditanya lebih baik mana main game dengan membaca     Al-Quran, maka otomatis mayoritas kalangan remaja akan mengatakan lebih baik main game-lah daripada membaca Al-Quran. Golongan remaja juga selalu saja menyatakan tanpa sadar, seperti sebuah kebohongan, dusta, khianat, mencuri terhadap apa saja yang berkaitan dengan ihwal haram, kepalsuan dan lain sebagainya. Sudah banyak kekacauan yang disebabkan oleh remaja yang masih labil dalam berpikir. Kerusuhan, pertikaian, tauran adalah salah satunya, akibat dari tidak adanya sikap muraqabah dalam aplikasi sehari-hari. Padahal muraqabah adalah pendekatan diri kepada Allah SWT dan seharusnya kita selalu merasa dalam pengawasanNya, karena dialah yang mengetahui segala sesuatunya, bahkan untuk sekedar niat buruk kita, maksud jelek yang terpatri dalam pikiran kita,  serta apa-apa yang tersembunyi dalam dada kita walaupun itu hanya secuil benih jahat, dengki, dendam. Allah berfirman: Allah mengetahui mata yang berkhianat [yang mencuri pandang terhadap apa saja yang diharamkan] dan apa saja yang tersembunyi di dalam dada (QS Ghafir: 19). Keutamaan seorang hamba adalah memperhatikan serta senantiasa merasa mawas pada dirinya (berhati-hati) atas apa yang akan diperbuatnya sekarang dan masa depannya nanti. Segala sesuatu yang kita perbuat akan dipertanggung jawabkan nantinya di hari akhir, maka dari itu selaku muslim yang taat, marilah kita bersama-sama selalu ber-muraqabah diri kepada Allah SWT. Dengan demikian kita pasti selalu tenang, tentram, dan merasa hidup ini akan berarti. Sehingga tidak ada kata menyerah, tidak ada kata terlambat, dan tidak ada kata putus asa.
Lihatlah seandainya keseharian kita dipenuhi dengan ingat kepada Allah, tersenyum karena Allah, sedih karena Allah, bersama karena Allah, sendiri karena Allah, segala sesuatunya karena Allah. Maka bukanlah sebuah keraguan yang akan kita jalani, bukanlah sebuah kesedihan yang akan kita rasakan, dan bukanlah sebuah penyesalan yang akan ada di akhirnya nanti. Seorang yang selalu dekat kepada tuhannya, ia akan memiliki suatu keyakinan kuat untuk selalu berpikir, berbuat, mengawali, mengakhiri, menjadi yang terbaik. Dari itu kita dapat belajar mengambil ibrah (pelajaran berharga) bersama bahwa setiap apa saja yang menjadi terbaik, maka itulah hasil dari buah kerja yang terbaik. Setiap melakukan pekerjaan dengan usaha terbaik, maka disitulah terdapat keyakinan terbaik. Dari keyakinan yang terbaik itu, terdapat rasa syukur tak terhingga kepada Allah SWT. Itulah yang kemudian disebut kesempurnaan dalam kekurangan. Mengapa demikian? Karena kita sebagai manusia pastilah mempunyai kekurangan, namun dengan izin Allah SWT, kita dapat membuat kesempurnaan tersebut. Dengan bantuan Allah SWT, kita dapat bekerja, berusaha, berkeyakinan, berhasil dengan nilai terbaik. Sungguh indah rasanya jika senantiasa dinaungi izin Allah SWT.
Inilah pentingnya muraqabah dalam kehidupan sehari-hari. Ber-muraqabah bukanlah suatu paksaan yang mengikat seorang hamba, ini adalah anjuran seorang hamba sesungguhnya, sikap dari setiap aspek penyingkapan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karenanya, marilah kita ber-muraqabah diri kepada Allah SWT. Dengan demikian kita selalu menemukan jalan terbaik, se-tidaknya dan se-minimalnya kita dapat menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Wa allahu alamu...        


   

0 komentar:

Posting Komentar