Minggu, 25 November 2012

1 Perumpamaan Hijriah dan Miladiyah


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!


Perumpamaan Hijriah, Miladiyah (Masehi)

Selaku umat islam. Tak ada kata lain, mengapa kita harus mengikut sertakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan tak seharusnya kita kerjakan? Untuk apa?. Tahun baru hijriah semestinya sudah cukup kita rayakan, tanpa ada saingannya. Adapun selainnya adalah sebagai selingan, dan beranggapan bahwa menyadari, kita adalah umat islam. Sebenarnya tidak harus dirayakan! Baik miladiyah maupun hijriah. Karena biasanya perayaan-perayaan tersebut, sering kita saksikan selalu berkenaan dengan ke-mudharat-an. Berhura-hura dengan banyak hiburan saja tak boleh, apalagi dengan begitu banyaknya kebebasan tak terbatas.
Lihat… bagaimana antara lelaki dan perempuan berbaur demikian dekat, hanya beberapa senti. Ini bukan pelaksanaan thawaf haji, yang begitu padat, sempit sehingga orang-orang harus berbaur walau lain muhrim. Lalu sejauh manakah keislaman kita sekarang? Adakah dalam diri kita sikap menentang akan hal ini?. Saya rasa kita bisa menjawabnya secara gamblang, tanpa harus kebingungan, itu kalau kita seorang muslim yang berusaha untuk mengenal dirinya sendiri, al-quran, rasul, dan Allah SWT sebagai tuhannya. Dengan demikian, melihat begitu antusiasnya kita menghayati (berhura-hura) tahun baru miladiyah, maka timbullah satu pertanyaan lagi, lebih penting manakah hijriah dan miladiyah di benak kita sebagai orang yang mengatakan syahadat pertama kalinya, dengan beriman kepada Allah dan rasulnya? Atau kita hanya sekedar islam belaka, KTP, sosial, ritual dalam kesehariannya.
Tidakkah kita berpikir, kehidupan ini adalah penuh telaah. Selalu ada kebuntuan yang kita temui setiap melangkah. Karena banyaknya kebuntuan ini, maka kita wajib berhati-hati dalam melangkah. Bukan sekedar kebuntuan yang akan kita temui, tetapi juga permasalahan lain. Menyingkapi masalah perayaan tahun baru ini, sudah pasti menjadi kepentingan. Kita adalah orang awwam, melihat fenomena baru,  kemudian mengikutinya, tanpa sadar ini merupakan perangkap sekaligus jebakan yang dibawa orang-orang yang dari dulu tidak suka melihat islam di muka bumi ini.  
Itu semuanya sudah terorganisir dalam pikiran mereka, dan seperti kebanyakan kita temui sekarang, bagaimana program-program pendekatan mereka kepada tokoh-tokoh kenamaan baik kalangan konglomerat, ulama, sampai para umara. Gerakan-gerakan ini disinyalir akan merembet terus sampai akhirnya nanti. Dan membuat peta perjalanan pengaruh luas mereka terhadap banyak instansi.